"Apakah ada unsur tindak pidananya dalam tragedi ambruknya bangunan Mushala Ponpes Al Khoziny, nanti kita fokus pada kemanusiaan terlebih dahulu," kata Kapolda saat ditanya jurnalis.
Meski demikian, aparat kepolisian tetap mengumpulkan data, termasuk memeriksa aspek konstruksi bangunan yang ambruk. Hasil investigasi mendalam akan dilakukan setelah seluruh proses evakuasi tuntas.
Sejarah Singkat Ponpes Al Khoziny Buduran
Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, merupakan salah satu pesantren bersejarah di Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 1926.
Pesantren putra ini dipimpin oleh KHR Abdus Salam Mujib, putra dari KH Abdul Mujib Abbas. Adapun pondok pesantren putri didirikan oleh KHR Abdul Mujib Abbas bersama istrinya, Hj. Mudawamah.
Ponpes Al Khoziny berakar dari jejak panjang keluarga besar ulama Nusantara. Pendirinya adalah KHR Khozin Khouruddin atau dikenal sebagai Kiai Khozin Sepuh, menantu dari KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji salah satu pesantren tertua di Jawa.
Dari jalur keilmuan maupun kekerabatan, Al Khoziny memiliki hubungan erat dengan jaringan ulama besar, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Sejarawan mencatat, cikal bakal pesantren ini bermula dari rumah sederhana yang dibangun Kiai Khozin untuk putranya, KHR Moh Abbas, sepulang dari menimba ilmu di Makkah.
Rumah itu berkembang menjadi pusat pengajian kitab-kitab klasik, hingga kemudian melahirkan ribuan santri dari berbagai daerah.
Karena letaknya di Desa Buduran, masyarakat sekitar juga kerap menyebutnya “Pondok Buduran”, mengikuti tradisi penyebutan pesantren berdasarkan lokasi, seperti Tebuireng (Jombang), Tambakberas (Jombang), dan Sarang (Rembang).
BACA JUGA:Pimpinan Ponpes Gontor Berziarah ke Makam AM Putra Sulung Soimah di Palembang
Unit Pendidikan dan Aktivitas Pesantren
Hingga kini, berdasarkan akun Ponpes Al Khoziny, menaungi berbagai unit pendidikan, antara lain: