Puncaknya, saat tampil di Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival (SISSCA), lebih dari 80 item produk Mojao Art ludes terjual, bahkan rancangan busananya dikenakan oleh seorang diva ternama.
Meski mendapat sambutan positif, perjalanan Mojao Art tidak lepas dari tantangan, terutama modal produksi. Di titik inilah dukungan dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi penopang utama. Sebagai mitra binaan, Mojao Art mendapat bantuan berupa mesin jahit dan fasilitas produksi.
BACA JUGA:Wakil Gubernur Sumsel Apresiasi Kinerja PTBA dan Dorong Peran Sosial Perusahaan di RUPS Tahunan 2025
BACA JUGA:RUPST 2024 PTBA: Dukung Kelanjutan Bisnis Berlandaskan Good Mining Practices
Dengan dukungan tersebut, Mojao Art mampu meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan pasar yang terus naik, bahkan mencapai 200 pesanan per bulan.
Saat ini, pendapatan kotor Mojao Art diperkirakan mencapai Rp600 juta per tahun — sebuah pencapaian luar biasa untuk UMKM yang baru berusia dua tahun.
Arindha tidak berhenti pada pasar lokal. Ia memiliki visi besar untuk membawa songket Silungkang ke pasar ekspor.
Baginya, songket adalah warisan yang harus terus hidup, beradaptasi, dan membuktikan relevansinya di kancah global.
BACA JUGA:PTBA Luncurkan Bukit Asam Mangrove Nexus Initiative, Gerakan Lingkungan Holistik di Pesisir Selatan
BACA JUGA:Transformasi Tanjung Enim Jadi Kota Wisata: PTBA Hadirkan Botanical Garden dan Klawas Waterpark
Rencana ekspansi internasional ini didukung oleh tren fashion dunia yang semakin menghargai produk berbasis sustainable fashion dan cultural heritage.
Dengan kualitas tenun tangan yang istimewa, songket Silungkang memiliki daya tarik kuat untuk menembus pasar mancanegara.