Dengan skema tersebut, pasar mobil listrik semakin inklusif, membuat konsumen yang sebelumnya hanya bermimpi kini berani melangkah untuk beralih.
BACA JUGA:Nggak Cuma Mahal di Depan, Ini Biaya Tersembunyi Punya Mobil Listrik!
BACA JUGA:Tenang atau Membosankan? Suara Mobil Listrik yang Jadi Perdebatan
Fenomena ini tentu menjadi sinyal kuat bahwa industri mobil listrik di Indonesia tidak lagi melulu soal gengsi dan citra, melainkan mulai bergerak ke arah rasionalitas konsumen.
Meski demikian, Hyundai Ioniq 5 tetap memiliki basis loyalitas kuat, khususnya dari kalangan yang lebih mementingkan kenyamanan kabin luas, fitur premium, serta prestise merek.
Persaingan antara Atto 1 dan Ioniq 5 pada akhirnya bukan sekadar perbandingan produk, tetapi refleksi perubahan perilaku konsumen terhadap tren mobilitas baru.
Pergeseran gengsi ini menunjukkan bahwa pasar mobil listrik di Indonesia sudah memasuki fase matang, di mana konsumen tidak lagi terjebak pada citra semata, melainkan mulai mempertimbangkan faktor fungsi, efisiensi, dan nilai ekonomis.