Tekanan Domestik dan Krisis Gaza, Presiden Prancis Akui Negara Palestina, Babak Baru atau Sekadar Simbolik?

Minggu 27-07-2025,09:52 WIB
Reporter : Rakhmat MH
Editor : Rahmat

Meskipun pengakuan ini disambut positif oleh Palestina dan banyak negara di dunia, sebagian kalangan mengingatkan bahwa langkah ini bisa menjadi tidak lebih dari isyarat simbolis, jika tidak diikuti dengan tindakan nyata.

Sebagai negara yang memiliki kursi tetap di Dewan Keamanan PBB, Prancis dinilai punya posisi strategis untuk mendorong gencatan senjata, membuka akses bantuan kemanusiaan, dan mendesak dimulainya kembali proses perdamaian.

Tanpa dorongan nyata, pengakuan ini bisa kehilangan makna, apalagi mengingat besarnya kerusakan yang telah terjadi di Gaza.

Saat ini, lebih dari 140 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui atau menyatakan niat mengakui Palestina sebagai negara, tetapi negara-negara besar Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman masih enggan untuk mengambil langkah serupa.

BACA JUGA:Mulai Gerah, Presiden Prancis Serukan Embargo Senjata ke Israel, Ini Jawaban Netanyahu?

BACA JUGA:Sudah 37 Hari Pencarian Mandiri Stein Remaja Prancis Terperosok di Pendakian Gunung Batukaru Tabanan Bali

Situasi yang berkembang di Gaza juga menekan para pemimpin negara-negara Barat lainnya.

Di Inggris, Perdana Menteri Keir Starmer berada di bawah tekanan dari partainya sendiri untuk mengakui Negara Palestina. 

Dalam pernyataannya baru-baru ini, Starmer menyebut kondisi Gaza sebagai “tak terkatakan dan tak bisa dibenarkan,” serta menegaskan bahwa kedaulatan Palestina adalah hak yang tak dapat dicabut. 

Namun, seperti Macron, pernyataannya dipandang sebagai bentuk respons terhadap tekanan publik, bukan hasil kebijakan yang konsisten.

Dalam konteks ini, langkah Prancis menjadi sangat penting. Sebagai negara pertama dari kelompok G7 yang mengakui Palestina, Prancis membuka jalan bagi perubahan sikap negara-negara besar lainnya. 

Jika Prancis benar-benar menggunakan pengaruh diplomatiknya secara maksimal, maka bukan tidak mungkin negara-negara besar lain akan mengikuti jejak yang sama.

Di tengah reruntuhan Gaza, pengumuman Macron menyalakan secercah harapan. Namun pengakuan saja tidak cukup.

Rakyat Palestina, yang selama bertahun-tahun menjadi korban penjajahan, pengusiran, dan kekerasan, membutuhkan perlindungan nyata, bantuan kemanusiaan, dan masa depan yang adil.

BACA JUGA:Hedonnya Erina Gundono Dikuliti Warganet, dari Reinkarnasi Ratu Prancis hingga Eks Menteri Ini Turut Bicara

BACA JUGA:Detik-detik Warga Temukan Turis Prancis Terluka Usai Diganggu OTK di Bukit Sipiso-piso

Kategori :