Iran juga menuduh bahwa agresi Israel ini telah dikoordinasikan secara sengaja dengan Washington.
Serangan udara pada hari Jumat lalu menewaskan lebih dari 300 warga Iran, termasuk Komandan IRGC Hossein Salami, Kepala Staf Mohammad Bagheri, serta ilmuwan nuklir Fereydoon Abbasi dan Mohammad Mehdi Tehranchi.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa negaranya tidak akan menerima “perdamaian yang dipaksakan.
BACA JUGA:Presenter TV Iran Sahar Emami Tetap Mengudara Meski Kantornya Dihantam Bom Zionis
BACA JUGA:Konflik Israel - Iran Kian Membara, Mendakak Presiden AS Donald Trump Keluarkan Ultimatum Keras
Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa keterlibatan langsung AS akan berujung pada “kerugian yang tak bisa diperbaiki” bagi rakyat Amerika.
Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) telah membalas dengan meluncurkan gelombang ke-15 dari Operasi Janji Sejati 3, yang menargetkan instalasi militer dan industri di seluruh wilayah Israel.
Dalam wawancara tersebut, Netanyahu juga mengaitkan kampanye melawan Iran dengan upaya pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Ia menyatakan bahwa Iran adalah sumber utama kekuatan Hamas, dan dengan melemahkan Iran, maka tekanan terhadap Hamas akan meningkat.
“Satu-satunya hal nyata yang menghalangi akhir perang di Gaza adalah para sandera,” jelas Netanyahu. “Operasi ini akan memperkuat upaya kita untuk membebaskan mereka.”
Netanyahu mengakui bahwa konflik ini membawa risiko besar, termasuk kemungkinan korban jiwa yang sangat tinggi di pihak Israel.
“Kami tahu bahwa menara akan runtuh dalam perang melawan Iran. Tapi kehancuran apapun tidak sebanding dengan kehancuran jutaan nyawa. Tidak sebanding dengan akhir sejarah Yahudi,” tutup Netanyahu dengan nada emosional.