“Saat pesawat berat, rendah, dan lambat, ia sangat tergantung pada daya angkat tambahan dari flap. Jika flap tidak berada dalam posisi yang tepat, bahkan dengan mesin berfungsi, pesawat Air India bisa kehilangan daya angkat dan ‘turun’ ke tanah,” jelas Feith.
Ketinggian 600 Kaki dan Posisi Roda Pendarat Jadi Pertanyaan?
Salah satu hal mencurigakan lainnya adalah bahwa roda pendarat belum ditarik saat pesawat mencapai ketinggian sekitar 600 kaki padahal biasanya roda sudah dinaikkan pada fase ini.
Hal ini menimbulkan dugaan adanya gangguan pada sistem hidrolik atau masalah lain yang menyita perhatian kru kokpit.
“Roda pendarat dioperasikan secara hidrolik dan flap secara elektrik. Fakta bahwa keduanya tidak berada dalam posisi yang tepat bisa mengindikasikan adanya masalah sistemik atau keputusan kru dalam menghadapi kondisi darurat,” kata Feith.
Apakah Mesin Air India Tidak Menghasilkan Daya Dorong yang Cukup?
Feith juga menyoroti kemungkinan bahwa mesin tidak menghasilkan daya dorong (thrust) yang optimal faktor yang dapat diperburuk oleh suhu tinggi dan bobot pesawat Air India yang berat karena membawa 242 penumpang serta muatan bahan bakar penuh.
“Jika kru tidak menghitung efek suhu tinggi dengan benar, atau jika pengaturan thrust tidak sesuai, maka mesin bisa gagal menghasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk mempertahankan ketinggian,” tambahnya.
Apa Saja yang Akan Diselidiki?
Penyelidikan akan fokus pada beberapa aspek berikut:
Konfigurasi pesawat sebelum lepas landas (khususnya flap dan thrust)
Kondisi sistem hidrolik dan kelistrikan
Prosedur dan tindakan kru di dalam kokpit
Data flight recorder dan cockpit voice recorder