Presiden Prabowo menjadikan Pancasila sebagai titik tolak perjuangan untuk membangun pemerintahan yang bersih dan berintegritas.
Ia menolak keras penggunaan Pancasila sebagai slogan kosong atau alat seremonial belaka.
“Jangan Pancasila menjadi mantra, jangan Pancasila menjadi slogan. Kekayaan bangsa Indonesia besar. Kekayaan bangsa Indonesia harus dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Semua penyelewengan, semua kebocoran harus berhenti,” tegasnya.
Menurut Presiden, kegagalan dalam menerapkan Pancasila secara nyata menjadi salah satu akar dari permasalahan nasional seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, serta ketimpangan sosial yang merajalela.
Oleh karena itu, ia menyerukan kepada seluruh pejabat negara untuk kembali memegang teguh nilai-nilai luhur warisan pendiri bangsa.
“Marilah kita kembali ke nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai luhur perjuangan kemerdekaan bangsa kita. Marilah kita menggunakan momentum ini untuk memperbaiki diri, untuk memperbaiki sistem kita masing-masing,” imbuh Prabowo.
Presiden Prabowo tidak hanya menyampaikan pesan kepada pejabat tinggi, tetapi juga mengajak generasi muda untuk aktif terlibat dalam upaya pengawasan pemerintahan.
Ia menegaskan bahwa di era teknologi seperti saat ini, setiap warga negara memiliki kekuatan untuk menjadi pengawas publik.
“Melihat pejabat pemimpin melanggar, laporkan. Sekarang kita punya teknologi. Setiap rakyat di desa bisa menggunakan gadget. Kalau ada bukti pelanggaran, segera siarkan. Jangan terima penyelewengan. Jangan mau terima pejabat yang berbuat sekehendak dirinya dan tidak setia kepada bangsa dan negara,” seru Prabowo.
Ia menekankan bahwa keterlibatan rakyat, khususnya kaum muda, sangat penting untuk menciptakan budaya antikorupsi yang kuat.
Menurut Presiden, partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga integritas pemerintah adalah kunci dalam membangun negara yang adil dan berdaulat.
Upacara Hari Lahir Pancasila tahun 2025 menjadi lebih dari sekadar seremoni tahunan.