"Jadi diharapkan setelah dari kegiatan materi ini adek-adek dari mahasiswa Pecinta Alam dilapangan tidak tergantung dengan kecanggihan teknologi. Mereka bisa menggunakan cara manual sudah menggunakan kompas kombinasi dengan peta. Sehingga mereka dapat memahami dan mampu mengaplikasikannya nanti dilapangan," ungkapnya.
BACA JUGA: Peralatan Navigasi di Bandara Silampari Lubuklinggau Nyaris Terbakar
Menurut dia, walaupun kecanggihan teknologi mulai maju, tapi tetap adanya keterbatasan di medan sebenarnya, misalnya terkait sinyalnya, mungkin masuk medan wilayah lembah yang tertutup.
"Jadi penggunaan kompas dan peta ini terlihat tradisional dan kuno tapi tetap masih relevan untuk kita gunakan pada saat sekarang ini, poin-poin khususnya, karna ini masih untuk dasar dan pengenalan jadi kita fokuskan pada mereka bagaimanasi cara penggunaan kompas yang baik dan benar, mulai dari sikapnya terus cara memperlakukan kompas itu biar tetap terpelihara dan awet," bebernya.
Sehingga berdasarkan itu, pada saat mereka terjun di lapangan mereka tidak hanya tau bentuk dan tatacara menggunakan peta, tapi bisa membedakaan peta, jenis-jenis peta, apa saja yang ada dalam maksudnya bagian-bagian yang ada dalam pengaplikasiannya dilapangan.
"Kita harap kegiatan positif seperti ini agar dapat berkesinambungan dan jangan hanya sebatas pengetahuan namun juga sampai kepada untuk ke pemahaman mendalam," ujarnya.