"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam."
Menurut tafsir Ibnu Katsir dan Al-Qur’an di laman Nahdlatul Ulama (NU), ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Nabi Muhammad adalah bentuk kasih sayang Allah untuk seluruh ciptaan-Nya.
Ajaran Islam dibawa bukan untuk membinasakan, tapi menyebarkan perdamaian, kedamaian, dan kemanusiaan.
Ayat suci kedua adalah Surah Ya-Sin ayat 12:
"Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan..."
Ayat suci ini memiliki makna yang dalam tentang kehidupan setelah mati, tanggung jawab atas amal perbuatan, dan pencatatan segala tindakan manusia dalam Lauhul Mahfuz.
Tafsir Kementerian Agama dan ulama klasik menekankan bahwa tidak hanya perbuatan langsung manusia yang tercatat, tetapi juga jejak amal yang ditinggalkannya—baik ilmu, wakaf, atau bahkan keburukan yang berdampak setelah kematian.
BACA JUGA:Baru Terekspos, Tim Peneliti Makam Nabi Zulkifli di Tembok Cina Temukan Tulang dan Artefak
BACA JUGA:5 Fakta Mencengangkan di Balik Video Penemuan Makam Nabi Zulkifli di Reruntuhan Tembok Besar China
Artefak dan Petunjuk Jejak Islam Kuno
Di dalam makam, ditemukan pula kain bersulam emas berisi doa-doa Arab, nisan dari batu putih tanpa ornamen khas China kuno, serta artefak lain yang mencerminkan pengaruh budaya Islam awal.
Para arkeolog menyebut ini sebagai temuan “tidak biasa” yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan pengaruh perdagangan biasa.
Beberapa ahli sejarah Islam menyebut penemuan ini sebagai penguat teori bahwa Nabi Zulkifli pernah berdakwah di wilayah Timur.
Dalam berbagai literatur klasik, dikatakan bahwa Nabi Zulkifli adalah figur yang memiliki kedekatan dengan Timur, walaupun detil riwayatnya masih minim dan terbuka untuk interpretasi.
Respon Internasional dan Spekulasi
Penemuan ini langsung memicu reaksi global. Para arkeolog, ahli tafsir, dan sejarawan dari berbagai negara berdatangan ke lokasi.