Mengutip hadits Qudsi dan Surat Al-Baqarah ayat 30, Nasaruddin Umar membingkai haji sebagai bagian dari misi kekhalifahan manusia dan dialog ilahi.
Bahkan iblis pun berdialog dengan Allah saat menolak bersujud kepada Adam, merasa lebih mulia karena diciptakan dari api.
Tapi Allah menunjukkan bahwa keagungan manusia bukan pada asalnya, melainkan pada kemampuannya bertobat dan kembali kepada Tuhan.
BACA JUGA:Ratusan Calon Jemaah Haji OKI Ikuti Manasik Haji Akbar di MAN Insan Cendekia, Ini Pesan Kemenag
"Allah mencintai dialog. Setelah pulang haji, jangan takut berdialog dengan siapapun, karena itu adalah tradisi Tuhan," tegas Nasaruddin.
Ia juga mengangkat kisah Ka'bah sebagai rumah pertaubatan pertama di bumi, yang dibangun di Bakkah. Ka'bah merupakan replika dari Baitul Ma’mur, tempat para malaikat bertawaf di langit ketujuh.
Ritual tawaf oleh jemaah haji sejatinya adalah gerakan spiritual yang meniru malaikat, menggugurkan dosa, dan menyatukan diri dengan poros ilahi.
"Hajar Aswad dulunya batu putih, berubah karena dosa manusia. Kini hanya tersisa tujuh butir seukuran kemiri karena pernah dicuri, namun maknanya tetap suci," tambahnya.
BACA JUGA:Buka Bimbingan Manasik Haji, Wabup Ogan Ilir Pesan ke 265 CJH Asal Ogan Ilir Agar Ikuti Aturan
BACA JUGA:Kabupaten Muara Enim Segera Miliki Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji
Ia juga menyinggung pemikiran Ibnu Arabi dalam Futuhat al-Makkiyah bahwa pahala 100.000 kali lipat tak hanya di pelataran Ka'bah, tapi mencakup seluruh wilayah Tanah Haram.