Hal ini semakin diperparah dengan kondisi kelas menengah yang masih menghadapi tantangan dalam mendapatkan pekerjaan formal, sementara sektor manufaktur juga mengalami penurunan produksi.
BACA JUGA:Menko Perekonomian Zulhas Tegaskan Pabrik Wajib Beli Gabah Petani Seharga Rp 6.500 per Kg
BACA JUGA:Diskon Listrik 50 Persen Berlaku 1 Januari 2025, Pemerintah Beri Subsidi Khusus untuk Pelanggan Ini
Sektor properti dan ritel juga mengalami tekanan karena berkurangnya investasi dan daya beli masyarakat yang melemah.
Pengusaha mulai berhati-hati dalam ekspansi bisnis, yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
Penurunan ISHB bikin ekonomi di Indonesia ketar-ketir--
3. Faktor Global yang Memengaruhi IHSG
Selain faktor domestik, ketidakpastian global turut memainkan peran dalam pelemahan IHSG.
Kebijakan perdagangan Amerika Serikat, termasuk kemungkinan diberlakukannya tarif baru terhadap beberapa negara Asia, telah menciptakan sentimen negatif bagi investor di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ketidakpastian global juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Federal Reserve, yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Hal ini menyebabkan arus modal asing lebih memilih untuk berinvestasi di instrumen yang lebih aman seperti obligasi AS, dibandingkan dengan pasar saham di negara berkembang.
4. Respons Pemerintah dan Bank Indonesia
Menanggapi kondisi ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.
Pemerintah memastikan bahwa defisit anggaran tetap terjaga di angka 2,53% dari PDB, jauh di bawah batas legal 3%.
Pendapatan pajak bruto juga tetap positif, sementara lelang obligasi pemerintah masih menarik minat investor domestik.
Bank Indonesia juga siap melakukan intervensi di pasar keuangan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan mencegah volatilitas berlebihan di pasar saham.