Fakta kedua, terlalu melalaikan pengisian data karena waktu 1 bulan masih dianggap terlalu pajang.
Fakta ketiga, kebiasaan adanya perpanjangan waktu pengisian data sekolah (PDSS) membuat sekolah makin tidak disiplin menyelesaikan PDSS.
Fakta keempat, kegagalan pengisian PDSS dan siswa gagal ikut SNBP 2025 malah mau “dibarter” dengan siswa eligabel bisa ikut bimbel gratis atau kejar PTN impian lewat jalur tes.
Padahal, kalau sekolah banyak siswanya diterima PTN maka sekolah akan makin terkenal.
Masih menurut Safrezaa, banyak banget yang tidak bisa ikut SNBP karena memang banyak guru yang menyepelekan pengisian PDSS.
“Mengangap bahwa panitia SNBP bakal memberikan perpanjangan waktu seperti yang sudah-sudah”, jelasnya.
Nah sekarang, lanjut Safrezaa, baru tahu kalau panitianya galak cuma di kasih perpanjangan 2 hari.
“Kalau kayak gini bisa apa? Bisa sewot kalau siswanya sudah sampai sewot gurunya bisa apa?,” sebutnya.
Terus ada yang bilang yang ngasih banjir siapa?
“Kan sekolah sudah tahu pengisian PDSS itu hampir sebulan lebih. Banjir juga berapa hari sih, 2-3 hari ‘kan banjir bukan bencana tsunami,” katanya.
Jadi Safrezaa juga mengimbau agar guru-guru sadar, dirinya juga sadar kerjaan guru juga banyak.