Produksi barang massal terus meningkat, sementara limbah dari produk yang tidak digunakan bertumpuk di tempat pembuangan akhir. Di sinilah YONO memberikan solusi.
Filosofi ini mengajak untuk fokus pada produk yang berkualitas tinggi, tahan lama, dan ramah lingkungan.
Sebagai contoh, memilih satu pakaian yang serbaguna dan berkualitas lebih baik daripada membeli banyak item dengan kualitas rendah.
Langkah ini secara langsung mendukung upaya pengurangan limbah dan memperpanjang siklus hidup barang.
BACA JUGA:Rasakan Gaya Hidup Mewah, 5 Keuntungan Eksklusif Bagi Nasabah Prioritas BRI
BACA JUGA:Running sebagai Investasi Gaya Hidup Sehat yang Menyenangkan
Di luar dunia konsumsi barang, YONO juga memengaruhi cara orang menggunakan teknologi dan ruang digital.
Platform media sosial sering kali mendorong perilaku konsumtif dengan iklan yang menargetkan kebutuhan instan.
Filosofi YONO memberikan alternatif dengan mengajak untuk lebih selektif dalam menggunakan aplikasi atau perangkat teknologi.
Memilih satu aplikasi produktivitas yang multifungsi, misalnya, dapat menggantikan kebutuhan untuk menggunakan banyak aplikasi yang membingungkan dan kurang efisien.
Perubahan ini tidak hanya terjadi pada individu, tetapi juga di tingkat komunitas. Banyak komunitas lokal dan digital mulai menerapkan prinsip YONO dalam kampanye keberlanjutan.
BACA JUGA:Berkebun di Rumah Perkotaan: Gaya Hidup Hijau di Tengah Hiruk Pikuk Kota yang Semakin Populer
BACA JUGA:Eggel Tempo 4 Active: Smartwatch AMOLED Canggih Cuma 500 Ribuan, Cocok untuk Gaya Hidup Aktif
Dari gerakan slow fashion hingga program daur ulang komunitas, filosofi ini menciptakan dampak positif yang meluas.
Dengan mengedepankan nilai-nilai keberlanjutan, YONO membantu membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga planet untuk generasi mendatang.
Namun, menjalani gaya hidup YONO tidak selalu mudah. Dalam beberapa kasus, tekanan sosial untuk memiliki barang terbaru atau mengikuti tren terkini masih menjadi tantangan.