Sebab, menurutnya, salah satu penyebab lambannya pengurangan angka kemiskinan adalah pola konsumsi masyarakat miskin yang tidak efisien.
Dimana, 20 persen total pengeluaran saban bulan lebih mementingkan rokok daripada susu atau beras.
"Rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Sumsel Rp560 ribu perkapita dan Rp100 ribu memilih untuk membeli rokok daripada kebutuhan pokok," katanya.
Sehingga berdasarkan itu, Wahyu mengajak semua pihak untuk lebih bijak dalam mengelola pengeluaran, khususnya bagi penduduk miskin.
"Partisipasi masyarakat sangat penting untuk keberhasilan upaya pemerintah mendorong efisiensi konsumsi masyarakat serta menjangkau harga pangan agar keluar dari kemiskinan," ujarnya.