“Karena dokter itu dikatakan sebagai profesi yang elit,” ungkapnya.
Dokter Anton pun memberikan saran bagi siapa saja yang sebenarnya tak minat jadi dokter sebaiknya masuk ke UFC saja atau University of Fight Club, atau kalau tidak ke Institut Tarung bebas.
“Masak kemana-mana bawa bodyguard,” sesalnya.
Diakui Dokter Anton Budi Asih, untuk masuk fakultas kedokteran (FK) itu sebagian besar butuh biaya yang besar.
“Tentunya hanya orang-orang yang beruntung yang orang tuanya punya duit, walapun di negeri masih relatif hemat, bahkan ada yang dibantu pemerintah”, jelasnya.
Dokter Anton Budi berharap saringan di FK negeri itu yang diperkuat pemerintah.
“Kalau saringannya bagus, saringannya kecil-kecil rapet, yang pintar-pintar dan yang memang punya empati yang masuk tentunya yang didapatkan,” harapnya.
Dokter Anton memberikan perumpamaan, kalau bahan bakunya bagus maka hasilnya tidak akan terlalu banyak endapan kotoran-kotoran di tenaga medis Indonesia
BACA JUGA:Beri Ruang Penyelidikan Kepolisian, FK Unsri Istirahatkan Dokter Koas Lady dan Lutfi
“Lah masalahnya sekarang saringannya itu longgar banget,” sebutnya.
Yang orang tuanya kaya itu mudah memasukkan anaknya ke fakultas kedokteran, padahal anaknya tidak punya passion di kedokteran.
“Terus juga sebagian mungkin pejabat ya pejahat, itu kalau kepeleset sedikit jadi penjahat bisa lho ya, bisa ya, nggak semua, nggak banyak,” katanya.
Tetapi kalaupun akhirnya arogansi yang didapat itu karena struktur sosial yang tinggi, maka pemerintah itu yang lebih baik saringannya.