“Kita akan terus berupaya mempercepat penurunan stunting dengan mengintegrasikan berbagai program dan sumber daya yang ada. Dengan kerja sama dan sinergi yang kuat, kita optimis bisa mencapai target penurunan stunting sesuai dengan rencana nasional,” tutupnya.
Penghargaan ini diharapkan dapat memperkuat komitmen Pemerintah Kabupaten PALI dalam menghadirkan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda, dengan memastikan bahwa seluruh anak tumbuh sehat dan cerdas.
BACA JUGA:Smartphone Samsung Galaxy S24 Ultra: Bawa Keunggulan Kecepatan Jaringan 5G, Anti Lemot!
Dalam rapat yang dihadiri oleh berbagai kepala daerah dan pemangku kepentingan, BKKBN Provinsi Sumsel memberikan apresiasi kepada kabupaten-kabupaten yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam pelaksanaan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) serta percepatan penurunan stunting.
Melalui implementasi 8 aksi konvergensi, yang meliputi intervensi gizi, peningkatan akses sanitasi, peningkatan pendidikan gizi, dan pemeriksaan kesehatan ibu dan anak secara berkelanjutan, Kabupaten PALI berhasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam penanganan stunting.
Pemerintah daerah berharap dengan sinergi yang berkelanjutan, Kabupaten PALI dapat mencapai target penurunan angka stunting sesuai dengan rencana nasional.
Untuk diketahui anfbgka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4% tahun 2021, namun masih perlu upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%.
BACA JUGA:Polisi Sebut Mobil Truk yang Tabrak Toko Emas di Kayuagung OKI Karena Kopling Rusak
Stunting dapat terjadi sejak sebelum lahir, hal ini dapat dilihat dari prevalensi stunting berdasarkan kelompok usia hasil SSGI 2022, dimana terdapat 18,5% bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm. Dari data tersebut kita dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil.
Hasil yang cukup memprihatinkan dari survei yang sama adalah risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7% ke 22,4%).
Hal ini menunjukkan ‘kegagalan’ dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan. Dimasa ini sangat penting untuk memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan protein pada anak untuk mencegah terjadinya stunting.