“Disana saya disetrum, dimasukkiin colokan, ditembakkan peluru karet, terus ditendangin dan disuruh ngaku” kenangnya.
Sudirman menegaskan kalau dia tak pernah mau mengaku saat itu, karena dia merasa tak pernah melakukan apa yang dituduhkan.
“Pas itu saya sudah tidak mau ngakuin, tapi polisi bilang teman kamu sudah ngakuin semua, ingatnya gitu saya tetap nggak ngakuin,” bebernya.
Saat itu, lanjut Sudirman, oknum polisi masih masih saja mukulin mereka dan akhirnya Sudirman menuruti saja apa maunya polisi.
“Pas itu disuruh catat semua teman-teman kamu, ‘kan saya yang kenal 8 orang, sudah 8 orang saya catat, kata polisi ada 3 orang lagi yang namanya Dani, Pegi sama Andi gitu,” ungkapnya.
Selanjutnya Sudirman diajak untuk mencari barang bukti. “Pas di TKP saya kaget pas di tempat itu, itu bukan arahan dari saya, tapi dari polisi seniri. Sudah itu kamu tunjukin batu itu ya gede, saya tuh nggak mau, tapi pas itu dipaksa suruh nunjukin ngambil batu kemudian disimpan ke mobil,” urainya.
Selanjutnya Sudirman juga dibawa menuju ke fly over Jembatan Talun yang katanya TKP pertama kasus Vina dan Eki.
Sudirman kembali mengatakan kepada polisi kalau dia tidak tahu di mana lokasi orang meninggal.
Kemudian dia dibawa ke Polsek Talun dan kemudian dibawa lagi ke Polresta .
“Di Polreta itu polisi lagi gergaji kayu bambu di ruang penyidik, nggak tahu apa itu. ‘Kan saya ngomong itu buat apa pak?,” ujar Sudirman bertanya saat itu.