Mengenal 5 Tradisi Unik Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Nomor 4 Sejak Abad ke-18

Minggu 08-09-2024,19:35 WIB
Reporter : Fadly
Editor : Edward Desmamora

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Umat muslim di Indonesia tidak lama lagi bakal memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW, yang biasanya jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Dan pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad atau hari lahir Nabi Muhammad pada tahun ini jatuh pada tanggal 16 September 2024 dan termasuk dalam kalender libur nasional.

Untuk diketahui, sebagai bagian penting dari sejarah Islam, Maulid Nabi diperingati dengan berbagai cara dan di berbagai daerah di Indonesia ada beragam tradisi dalam memperingati hari kelahiran Nabi itu.

Berikut adalah 7 tradisi umat Islam di Indonesia dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yang dirangkum dari berbagai sumber, Ahad 8 September 2024.

BACA JUGA:Lomba Bidar Tradisional dan Perahu Hias Sukses Memukau Ribuan Penonton di Palembang

BACA JUGA:Apa Itu Warisan Raso? Balai Pelestarian Kebudayaan Sumsel Gelar Pameran Makanan Tradisional

1. Sekaten

Sekaten ini diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Kegiatan ini digelar dari tanggal 5 dan berakhir pada tanggal 12 Mulud dalam penanggalan Jawa (dapat disetarakan dengan Rabiul Awal penanggalan Hijriah).

Berbagai literatur mengungkapkan bahwa Sekaten berasal dari bahasa Arab, yaitu Syahadatin, yang artinya dua kalimat Syahadat.

Sejarah sekaten sendiri tidak lepas dari upaya penyebaran agama Islam oleh Sunan kalijaga yang saat itu sudah dilakukan pada masa Kerajaan Demak.

Kala itu, mayoritas kepercayaan masyarakat adalah Hindu dan Budha. Demi mencapai tujuannya, Sunan Kalijaga menarik perhatian warga dengan mengiring lagu ciptaannya bersama alat musik gamelan.

Alhasil cara tersebut berhasil mengumpulkan warga, dan hal tersebut dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam dan membimbing warga untuk mengucapkan kalimat syahadat. 

2. Walima

Walima adalah sebuah tradisi perayaan Maulid Nabi yang dilaksanakan turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo.

Diperkirakan, tradisi ini mulai ada di Gorontalo sejak masyarakat mulai mengenal ajaran Islam, pada sekitar abad ke-17.

Kategori :