Kondisi ini diperparah dengan dibomnya pabrik desalinasi air yang disengaja oleh penjajah.
Enas menganggap perangkat penyuling surya yang dia produksi adalah cara yang paling murah.
Menurut insinyur Enas Al-Ghoul, banyak orang tidak dapat membeli air minum dengan harga tinggi.
Karena perang telah menyebabkan tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.
Apalagi 90 persen warga Gaza adalah pengungsi yang dilanda perang.
Kami terpaksa mengungsi dari rumah dan daerah tempat tinggal kami.
Terpaksa melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan air, dan mereka terpaksa menjatah konsumsi air mereka.
Enas Al Ghoul bahkan sudah membuat tiga alat untuk dirinya sendiri, untuk tetangganya, dan untuk tempat penampungan bagi para pengungsi di wilayahnya.
Selain sulingan, solar cooker juga merupakan hasil pemikiran dan kontemplasi Enas Al-Ghoul terhadap matahari.
Itu sumber energi alami yang mampu menembus tembok pengepungan.
Enas mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat Gaza, terutama di daerah pedesaan seperti Qizan al-Najjar, terhadap api dan cara alternatif gas untuk memasak telah meningkat selama perang brutal dan pengepungan yang menyesakkan.