Penurunan hasil produksi dari satu hingga dua ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektare menjadi sekitar 200 kg per hektare selama masa trek adalah penurunan yang cukup drastis.
BACA JUGA:Sidang Perampokan di Mesuji Makmur OKI, Saksi Akui Sebagai Pelaku
Ini menggarisbawahi betapa signifikan dampak dari siklus musim trek terhadap produksi sawit.
"Alhamduliah disaat memasuki musim trek seperti saat ini harga naik sehingga dengan naiknya harga TBS di musim trek seperti ini dapat memehuni kebutuhan pertani selama memasuki musim trek. Sebelumnya harga TBS Rp2.410 per kilogram naik menjalani Rp2.440 per kilogram," tutupnya.
Untuk menghadapi situasi ini, beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan meliputi:
1. Monitoring dan Evaluasi: Secara rutin memantau kondisi kebun dan evaluasi tanaman untuk mengidentifikasi masalah secara dini.
BACA JUGA:Pusri Dorong Pertumbuhan UMK Lewat Sosialisasi Program UMK dan Rumah BUMN
2. Praktik Budidaya: Memastikan bahwa semua praktik budidaya yang baik diterapkan, seperti pemupukan yang tepat dan pengendalian hama.
3. Perbaikan Infrastruktur: Memperbaiki atau meningkatkan infrastruktur yang mungkin mempengaruhi hasil, seperti sistem irigasi jika diperlukan.
4. Konsultasi Ahli: Bekerja sama dengan ahli pertanian atau konsultan untuk strategi yang lebih spesifik dan berbasis data untuk mengatasi tantangan produksi.
5. Perencanaan Jangka Panjang: Menyusun rencana jangka panjang untuk mengurangi dampak musim trek di masa depan, seperti penanaman varietas yang lebih tahan terhadap kondisi cuaca tertentu atau perbaikan teknik manajemen tanaman.
Menjaga komunikasi dengan komunitas petani dan pihak terkait juga dapat memberikan dukungan tambahan dalam menghadapi periode produksi yang menurun.