Keberhasilan para petani kopi di Kabupaten Muara Enim dalam menjangkau pasar yang luas ini patut diapresiasi.
BACA JUGA:Netta Indian Optimis Diusung PDI Perjuangan untuk Maju Pilkada Banyuasin 2024
BACA JUGA:Syahrini dan Reino Barrack Bakal Jadi Orangtua, Terkonfirmasi Hamil Anak Pertama
Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah berhasil membangun merek kopi yang kuat dan mampu memasarkan produk mereka dengan baik.
"Pernah ngobrol dengan toke asal Lampung bahwa banyak orang yang mencari kopi bahkan untuk dikirim lagi keluar," ungkapnya.
Maski harga kopi tinggi, lanjutnya, saat ini panennya juga sedang sedikit karena belum musim panen raya, sementara permintaan ti dari Palembang dan Lampung sedang tinggi-tingginya.
Meskipun saat ini harga kopi sedang tinggi, petani masih harus mengantisipasi ketika harga kopi anjlok karena biaya perawatan tidak bisa dikurangi.
BACA JUGA:Pupuk Indonesia Dorong Peran Perempuan Petani di Palembang Lewat 'Kartini Tani'
BACA JUGA:Vivo T3x 5G, Smartphone dengan Performa Handal untuk Gaming, Didukung Baterai Jumbo
"Malah terkadang ketika butuh pupuk pemerintah tidak mengeluarkan untuk subsidi, kadang harga pupuk mahal, walaupun harga kopi naik tapi harga pupuk juga mengalami kenaikan," bebernya.
Untuk perawatan, pemupukan minimal 2 kali dalam setahun, termasuk juga perawatan dari gulma. Perawatan maksimal akan mempemgaruhi hasil buah, dimana 1.000 batang pohon kopi bisa menghasilkan 8-10 kwintal.
Dirinya berharap agar pemerintah memperhatikan para petani baik itu petani mandiri maupun kelompok tani khususnya terkait pupuk, kalau bisa dibuatkan semacam gudang di daerah atau koperasi sehingga setiap petani tidak mengalami kesulitan.