Abdullah Idi (Pemerhati Sepak Bola/Mantan Pemain Divisi I PS Palembang)
Laga Timnas Indonesia U-23 vs Guinea dalam Play off Olimpiade 2024 di Lapangan INF Clairefontaine, Prancis, pada Kamis 9 Mesi 2024 yang lalu dapat dikatakan telah membawa duka bagi penggemar (fans) sepak bola di tanah air.
PSSI pun meminta maaf ke Federasi Sepak Bola Guinea (FGF) menyusul serangan rasis yang dilakukan fans timnas Indonesia U-23 terhadap FGF dan sejumlah pemain timnas Guinea melalui media sosial yang juga menjadi sorotan beberapa media asing.
Dan PSSI mengecam komentar rasis tersebut dan meminta maaf kepada Guinea.
Bila dipelajari lebih jauh, adanya ucapan cenderung rasis tidak terlepas dari faktor pemicu (triggers), yakni adanya kekesalan dan kekecewaan fans Timnas di tanah air.
Itu dikarenakan jalannya pertandingan antara Timnas Indonesia v Guinea yang dipandang tidak fair dan ‘dramatis’.
Jalannya pertandingan yang cenderung ‘dramatis’ tersebut, setidaknya dapat dilihat dari beberapa keunikan, antara lain:
Pertama, beda halnya pada Piala Asia U-23 2024, timnas Indonesia memang sudah dipusingkan oleh keberadaan wasit asal Tailand, Sivakom Pu-Udom menjadi wasit VAR.
Sedangkan, sejak awal pemilihan stadion Clairefontaine, sudah mencurigakan, tidak ada fasilitas VAR yang seharusnya patut diberikan untuk kelas pertandingan internasional.
Lapangan ini biasanya digunakan Timnas Prancis untuk latihan, yang minim fasilitas untuk suatu laga level internasional.
Kedua, semua perangkat pertandingan dipimpin langsung oleh wasit asal Prancis, Francois Letexier yang memiliki lisensi FIFA sejak 2017.
Dilihat dari reputasi sepanjang musim 2023/2024, Letexier sudah memimpin 29 pertandingan, dimana terdapat 115 kartu kuning, satu kartu merah dari akumulasi kartu kuning , dan dua kartu merah diberikan secara langsung.
Wasit Francois Letexier yang berlatar belakang kontroversial, justeru diberi kesempatan untuk memimpin laga Indonesia vs. Guinea.