Namun sayangnya meskipun Brunergy Utama mengusulkan proyek ini, Kementerian Perhubungan dan Infokomunikasi Brunei Darussalam membantah bahwa mereka menunjuk perusahaan tersebut untuk mengerjakan proyek Trans-Borneo.
BACA JUGA:Antipasi Kemacetan, Kasat Lantas Bersama Polsuska KAI Atur Lalin dii Perlintasan Rel Kereta Api
BACA JUGA:Angkut Gula Merah, Panther Dihantam Kereta Api Babaranjang di Perlintasan Tanpa Palang Pintu
Pemerintah Brunei menyatakan bahwa mereka tidak pernah menawarkan atau menunjuk perusahaan lokal maupun asing untuk menangani proyek ini.
Hingga saat ini, belum ada diskusi resmi yang mengonfirmasi proyek ini secara resmi dimana diperkirakan akan menelan biaya hingga 70 miliar dolar AS atau sekitar 1 kuadriliun rupiah.
Meskipun masih dalam tahap wacana, proyek ini memiliki potensi besar untuk menghubungkan tiga negara dan memperkuat konektivitas regional.
Namun, perlu dicatat bahwa implementasi proyek semacam ini akan melibatkan banyak tantangan teknis dan administrative sehingga dibutuhkan pemantauan mengenai perkembangan lebih lanjut terkait rencana ini.
BACA JUGA:Satu Penumpang Bus yang Dihantam Kereta Api di Martapura OKU Timur Dikabarkan Tewas Terjepit
BACA JUGA:Pj Gubernur Agus Fatoni Lepas Keberangkatan 1.040 Pemudik Gratis Jalur Kereta Api
Rencana Pembangunan Kereta Cepat Brunei-Malaysia-IKN memiliki potensi dampak yang signifikan terhadap lingkungan, berikut dampak yang diprediksi ke lingkungan.
1. Ekosistem Hutan
Proyek ini akan melewati wilayah hutan dan lahan yang mungkin menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna.
Pembangunan infrastruktur seperti kereta cepat dapat mengganggu ekosistem alami, termasuk penebangan pohon dan perubahan aliran sungai.
BACA JUGA:Operasi Ketupat Musi 2024, Kapolda Sumsel: Antisipasi Perlintasan Kereta Api Titik Utama Kemacetan
BACA JUGA:Waduh.. Imbas Robohnya Girder Fly Over Bantaian, 1.410 Penumpang Kereta Api Selero Gagal Berangkat
2. Emisi Karbon