Pasukan Abbasiyah dipimpin secara pribadi ole Khalifah Al-Mu’tashim, beliau memerintah dari tahun 833-842.
Pertempuran ini sebagai pembalasan terhadap perlakuan zalim Romawi pada seorang wanita muslimah di masa kaisar Byzantium Theophilos yang memerintah pada 829-842.
Al-Mu’tasim pun berangkat bersama pasukannya menuju Amorium, sebuah kota Bizantium di Asia Minor bagian barat yang sekarang merupakan bagian dari Turki.
BACA JUGA:Sang Infanteri Terbaik Kaum Muslimin, Pujian dari Rasulullah SAW Untuk Salamah bin Al-Akwa
BACA JUGA: Afrika Selatan Sang Najasyi Baru, Mengingat Kembali Sejarah Raja Adil yang Menolong Kaum Muslimin
Amorium juga merupakan tempat kelahiran dinasti Bizantium yang berkuasa dan saat itu menjadi kota terbesar dan terpenting di Bizantium.
Khalifah membagi pasukannya menjadi dua, satu detasemen berisi 10.000 tentara Turki dibawah Afshin dikirim ke timur laut untuk bergabung dengan amir Malatya Umar al-Aqta dan pasukan Armenia.
Sementara pasukan utama akan dipimpin dibawah khalifah sendiri dan bersiap menyerang Cappadocia melalui Gerbang Cilician.
Benteng Kota Amorium ternyata sangat kuat dengan membentang parit lebar dan dinding tebal yang dilindungi oleh 44 menara.
BACA JUGA:Asma’ Sang Juru Bicara Para Muslimah dari Madinah, Shahabiyah Anshar Pertama yang Masuk Islam
BACA JUGA:Salat Tarawih Bagi Perempuan Muslimah, di Masjid atau di Rumah? Begini Menurut Hukum Islam
Kondisi bangunan ini sebagaimana yang dicatat oleh seorang ahli geografi kontemporer bernama Ibnu Khordadbeh.
Khalifah Al-Mu’tashim pun menugaskan masing-masing jenderalnya pada satu bentangan tembok.
Dalam kondisi tersebut, baik yang dikepung maupun yang mengepung memiliki banyak mesin pengepungan.
Selama kurang lebih tiga hari lamanya, kedua belah pihak ini saling bertukar tembakan pelontar.
BACA JUGA:Keutamaan Surah Al-Hajj yang Jarang Diketahui Umat Muslim, Bukan Hanya Amalan Cari Jodoh Saja!