Hujan es dapat terjadi dalam periode beberapa menit.
Ketika terjadi hujan es biasa disertai dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat. Hujan es juga terjadi bersamaan dengan kilat atau petir dan angin kencang.
Fenomena hujan es ini lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim.
Baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya, dari musim hujan ke musim kemarau.
Menurut situs BMKG, penyebab terjadinya fenomena hujan es adalah karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.
BACA JUGA:BIKIN MERINDING! Fenomena Aneh Hujan Cacing Terjadi di India, Apakah Ini Tanda-Tanda Kiamat?
Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).
Umumnya awan jenis Cumulonimbus memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.
Sehingga hal ini dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.
Terkait proses terjadinya fenomena hujan es dijelaskan oleh Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko.
Hary menjelaskan tentang hujan es disebabkan oleh adanya awan Cumulonimbus (Cb)
BACA JUGA:Fenomena Mengerikan, 'Zombie' Kini Gentayangan di Amerika Serikat, Efek Narkoba Murahan
Hary mengatakan ada tiga partikel dalam awan Cb, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es.
Awan Cb ini dapat terbentuk dari dua proses, yakni strong updraft dan downdraft, dan lower freezing level.
Pertama, awan Cb dapat terbentuk karena proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat alias strong updraft dan downdraft.