SUMEKS.CO – Google doodle merayakan kapal pinisi yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tepat enam tahun yang lalu pada tanggal 7 Desember 2017.
Kapal pinisi menghiasi laman pencarian Google serta menjadi inspirasi Google Doodle yang sudah dikenal dan berasal dari kebudayaan Indonesia yang telah diakui dunia.
Bagi yang belum tahu tentang apa itu kapal pinisi yang ada di Google doodle disini akan dijelaskan tentang sejarahnya terbentuk hingga akhirnya diputuskan menjadi warisan budaya tak benda kemanusiaan UNESCO.
Dikutip dari berbagai sumber, kapal pinisi yang hari ini terpampang di Google doodle merupakan kapal yang berasal dari Sulawesi Selatan yag saat ini sudah masuk sebagai warisan budaya tak benda dan diakui UNESCO sejak tahun 2017 lalu.
BACA JUGA:Di Bengkulu Ada Nama Singapura, Di Singapura Ada Bengkulu, Begini Sejarahnya
Tidak hanya itu saja bahkan kapal pinisi ini juga sudah menjadi tagline seni pembuatan perahu di Sulawesi Selatan.
Kapal pinisi merupakan kapal yang berasal dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan dimana pembuatan kapal ini sudah dimulai sejak ribuan tahun lalu namun pelaut membuat kapal ini menjadi lebih modern pertama kali pada tahun 1906.
Dikutip dari penjelasan Google, kapal pinisi mengambil inspirasi dari gaya tali temali Eropa yang saat itu menyadari bahwa dengan menghilangkan tali di tengah kapal bisa melaju dengan lebih cepat.
Kapal pinisi juga di desain megah dan menampilkan lambung besar yang bergantung pada bagian depan kapal dna kemudian populer selama bertahun-tahun dan terkenal berada di Sulawesi.
BACA JUGA:Berusia 41 Tahun, Ini Sejarah Pembangunan Jembatan Geradak Keramasan Kertapati
Kapal layar satu ini sudah ada sejak abad ke-14 dimana para Suku Bugis-Makassar dikenal sebagai pelaut yang mampu menjelajahi berbagai wilayah Nusantara seperti Asia Tenggara, Australia, Madagaskar, hingga Afrika.
Tidak sampai disitu saja bahkan kapal ini menjadi simbol untuk kejayaan serta kebanggan dari suku bugis, Makassar yang sekaligus punya nilai budaya yang tinggi dan dibuat dengan tak tik serta bahan tradisional.
Masuk sebagai warisan turun-temurun, kapal ini juga melibatkan berbagai ritual-ritual adat yang sakral mulai dari cara memilih kayu, memotong kayu, memasang rangka kapal hingga peresmian kapal.
Selain itu, kapal ini juga melibatkan kerja sama serta kebersamaan dari para pembuat kapal, pemilik kapal, hingga masyarakat di sekitar.
BACA JUGA:Kota Palembang Genap Berusia 1.340 Tahun, Begini Sejarah Ibukota Provinsi Sumsel Ini