Budidaya Perairan Rawa di Sumatera Selatan, Potensi dan Kendala yang Dihadapi

Kamis 02-11-2023,14:11 WIB
Editor : Wiwik

2. Manajemen pemberian pakan yang belum optimal. Pakan merupakan input produksi terpenting dengan biaya produksi termahal dan terbesar yaitu mencapai lebih dari 80% dari total biaya produksi. Sampai saat ini, pakan yang digunakan berupa cacing tubifex untuk stadia larva dan pellet komersial untuk stadia induk dan benih. 

3. Belum adanya kegiatan pendampingan dari perguruan tinggi terutama untuk pengembangan teknologi budidaya ikan untuk memperoleh produksi benih ikan berkualitas dan dapat juga meningkatkan kategori pembenihan bersertifikat minimal untuk mendapatkan kategori baik (good). 

Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan lele di Pokdakan UPR Delima, antara lain:

1. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan anggota Pokdakan mengenai manajamen kualitas air dan pakan untuk pemeliharaan benih ikan lele melalui kegiatan penyuluhan disertai peragaan dan pendampingan.

2. Demplot untuk aplikasi manajemen kualitas air dan pakan pada budidaya benih ikan lele dengan pendampingan oleh tim dan penempatan mahasiswa praktek lapang di unit budidaya Pokdakan UPR Delima.

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana produksi budidaya benih ikan melalui pemberian bantuan berupa alat ukur kualitas air, waring, pupuk organik cair, dan probiotik.

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan sehingga dapat memaksimalkan produksinya dalam mendukung peningkatan produksi perikanan rawa Sumatera Selatan. 

BACA JUGA:Budidaya Perairan Rawa di Sumatera Setalan, Potensi dan Kendala yang Dihadapi

(Dade Jubaedah dan tim)

Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaBudi

 

Kategori :