Apakah mereka adalah korban-korban hilang yang telah dilaporkan keluarganya di Polres Banjarnegara?
Pertanyaan ini masih belum bisa terjawab. Polres Banjarnegara usai penggalian lanjutan selama kurang lebih 3 hari, masih belum menemukan mayat baru.
Meski ladang sayur itu sudah dibongkar maksimal dengan mengunakan alat berat, tak satupun jasad korban ditemukan lagi.
Selain itu, Dukun Slamet sepertinya sudah lupa, karena pembunuhan seri pertama di 2011 itu sudah cukup lama. Namun ada kemungkinan Slamet Tohari memang tak ingin berterus terang.
Diketahui, Dukun Slamet sudah beberapa kali mengubah keteranganya, terkait jumlah korban yang telah dihabisinya.
Semua korban diakui adalah pasien yang minta uangnya bisa digandakan. Karena bangkrut, supaya cepat kaya, bisa buka usaha lagi dan bayar utang.
Diketahui, aksi dukun Slamet ternyata sudah berlangsung lebih lama dari yang diakuinya. Dukun Slamet mengubah keterangannya.
Rupanya ada satu tahun di 2011-2012 dia (Dukun Slamet) telah menghabisi pasiennya. Jumlah yang diakui ada 16 orang saat itu.
Nah, ini menjawab pertanyaan mengapa Polres Banjarnegara pekan lalu kembali melakukan penggalian di lahan kebun milik Slamet Tohari.
Namun sayangnya penggalian di kebun Dukun Slamet itu belum membuahkan hasil. Meski sudah mengerahkan semua kemampuan, termasuk menurunkan alat berat di lokasi.
Kapolres Banjarnegara, AKBP Hendri Yulianto menerangkan pengakuan terbaru itu diungkap Slamet setelah polisi melakukan pemeriksaan yang intensif.
“Pengakuan awal sejak 2020, tapi ternyata itu dilakukan sejak 2011-2012, jadi tambah 16 korban,” jelas Kapolres.
Pengakuan terbaru Dukun Slamet ini tentu membuat kita makin geram. Apalagi selama pengusutan kasus ini Dukun Slamet selalu memberikan keterangan yang berubah-ubah.