Mama saat itu tinggal bersama nenek. Mamanya memilih cerai saat Farel usia 3 bulan. “Mama nggak tahu dimana?”, ujar Farel yang saat itu memang belum tahu apa-apa.
Hanya saat Farel umur 4 tahun, mamanya ada datang bawa hadiah sepeda.
“Ngomong sama nenek hanya sebentar dan titip sepeda doang,” kenangnya.
BACA JUGA:Gelar Rakor PUSPAGA, dr. Sheila: Ini Berfungsi Sebagai One Stop Service Berbasis Hak Anak
Pernah di video call dan pernah lihat mama-nya hanya lewat handphone, itu saat SMP kelas 2.
Itu pun Farel yang harus mencari kontak mamanya.
Lewat facebbook kakaknya mama.
“Mama masih tinggal di Medan bersama keluarganya barunya,” ungkap Farel.
Bahkan diketahui mamanya sudah nggak seagama dengan Farel. “Mama sudah nggak Islam lagi,” cetusnya.
“Kemudian baru chat pertama tapi kemudian diblokir, sempat vc mama udah punya anak tiga. Farel nggak dianggap anak,” keluhnya.
“Sampai 7 nomor diblokir sampai sekarang. Ngabarin juara, ngabarin tentang sesuatu. Rasa kecewa pasti ada, tapi ngak mungkin benci sama ibu yang telah melahirkan,” akunya.
Farel bahkan ‘kerja’ di sekolah nyapu ngepel. “Mau penghasilan darimana lagi?”, katanya.
Kasih sayang nenek lebih besar dari orang tua.
“Farel cuma butuh identitas, datang tanda tangan, nggak ada. Bagaimana idetitas Farel, ternyata semua harus ada orang tua,” jelasnya.