Perbedaan pertama adalah pada teknik iron blanket menggulung kain menggunakan paralon untuk mengeluarkan warna daun pada kain, sedangkan pada teknik pounding memukul daun pada kain menggunakan palu kayu.
“Dalam kesempatan ini kita mengajak siswa melakukan ecoprint dengan menggunakan teknik pounding, yaitu memukul daun pada kain menggunakan kayu," terang Apriansyah guru SMKN 2 Prabumulih.
Lanjutnya, barulah setelah itu dengan proses pengeringan dilakukan dengan menjemur kain langsung di bawah sinar matahari.
Masih kata dia, untuk menentukan apakah sebuah tanaman bisa dijadikan pewarna alami dalam ecoprinting atau tidak, yakni dapat mengujinya berdasarkan warna, kandungan air dan aroma tanaman.
BACA JUGA:Ingat! Urus Dokumen Kependudukan Jangan Gunakan Perantara, Gratis
Dimana kandungan air sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprinting sendiri.
Lalu untuk tanaman beraroma tajam dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tanaman tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami.
Sambungnya, jika tanaman digosokan kesebuah kain dan meninggalkan noda maka daun tersebut potensial untuk dijadikan pewarna alami.
"Tapi apabila daun direndam pada air panas selama 10 menit dan merubah warna pada air tersebut maka tanaman ini juga berpotensi menjadi pewarna alami," jelasnya.
BACA JUGA:Ingat! Urus Dokumen Kependudukan Jangan Gunakan Perantara, Gratis
Disampaikan Apriansyah, keunggulan pertama dari ecoprint adalah ramah lingkungan.
Ecoprint bisa menciptakan produk yang ramah lingkungan. Ini supaya lingkungan bisa terjaga dengan baik dan tidak menyebabkan tercemar yang menganggu kesehatan masyarakat.
“Selain itu , menggunaan ecoprint dapat memberikan motif unik dan menarik. Karena hal ini juga berkaitan dengan penggunaan daun, ranting dan bunga-bunga,” tandasnya.(*)