Kata Taufik, Ponpes Al Zaytun hanyalah cover dari sayap teritorial NII.
Menurutnya, orang boleh terpukau dengan kemegahan Al Zaytun, namun dibalik itu ada tragedi kemanusiaan yang luarbiasa.
“Bayangkan ya orang boleh terpukau Al Zaytun itu besar, mewah, santrinya makan teratur, tapi ribuan pekerja disana ngontrak dan hidup dalam kemiskinan. Satu kontrakan itu bisa lima keluarga,” ungkap Taufik.
Menurut Taufik, Ponpes Al Zaytun itu hanyalah cover. Diluar itu ada sayap teritorial.
“Al Zaytun itu sayap fungsional, NII KW 9 adalah sayap terirorialnya yang ada di Jakarta Raya, di Bandung,” urainya.
Menurut Taufik, Panji Gumilang adalah mbahnya kesesatan.
Menurut Taufik, Panji Gumilang dan NII itu punya semacam anti virus. Jadi kalau mereka ingin dihajar, ingin dihujat itu sudah ada ayat anti virusnya.
“Sungguh mereka-mereka ingin memadamkan cahaya Allah, tapi Allah akan menyempurnakannya,” jelasnya.
Saran Taufik, jika kita ingin menghadapi NII KW 9 itu harus paham dulu mereka itu bagaimana?
“Mereka-mereka itu orang yang punya etos kerja, mencari amal sedekah itu luarbiasa. Mereka mampu mengumpulkan dana luarbiasa, PPATK sudah menemukan aliran mencurigakan yang masuk ke Al Zaytun,” terangnya.
Selanjutnya Taufik juga mengkritisi temuan MUI dan Kemenang tahun 2002, semestinya saat itu ada semacam cegah dini.
“Semacam penyebaran flayer atau apalah itu. Ini lho kalau menemukan kelompok ini di masyarakat hati-hati. Mereka yang punya modus rekrutmen seperti ini supaya hati-hati, supaya ada cegah tangkal,” sarannya.
Dia juga menyarankan agar masyarakat stop demo-demo Al Zaytun, karena hanya akan jadi panggung Panji Gumilang.