Kota Thanta berada di utara Mesir. Ramadhan tahun 636 H, Syekh Ahmad al-Badawi datang di Thanta.
Syekh Ahmad al-Badawi di Kota Thanta menempai sebuah di loteng rumah milik Ibnu Syuhaith.
Berhari-hari hingga berbulan-bulan, Syekh Ahmad al-Badawi bertafakkur, membaca al-Qur’an, beribadah di loteng yang sunyi tanpa makan dan minum.
Metode dakwah yang dipakai Syekh Ahmad al-Badawi tergolong unik. Syekh Abdul ‘Ali membawakan orang-orang yang yang ingin mendapatkan keberkahan Syekh Ahmad al-Badawi ke loteng.
Kemudian, Syekh Ahmad al-Badawi akan menasehati dan mendoakan di loteng tanpa sedikitpun membuka penutup wajahnya. Tak ada satupun tamu yang mengetahui wajah asli sang sufi.
Pernah suatu ketika seorang muridnya bernama Syekh Abdul Majid meminta untuk melihat wajah sang syekh.
“Wahai guruku, aku ingin melihat wajah muliamu agar aku mengenalmu, meskipun aku harus mati karena tak kuat melihat wajahmu,” ujar Syekh Abdul Majid.
Sang guru pun membuka penutup wajahnya. Tak lama kemudian, Syekh Abdul Majid terjatuh dan meninggal di tempat.
BACA JUGA:Inilah 4 Wali Qutub Penjaga Alam Semesta, Urutan Pertama Diduduki Syekh Abdul Qadir Jaelani RA
Akhir hayatnya, Syekh Ahmad al-Badawi mewasiatkan kepada Syekh Abdul ‘Ali atas dasar-dasar tarekatnya, tidak boleh berbohong meskipun dalam hal kecil, tidak boleh melakukan perbuatan jahat dan keji, selu menjaga penglihatan mata dari hal yang dilarang Allah, selalu menjaga nama baik, menjadi pribadi yang pemaaf, selalu takut kepada Allah, selalu melanggengkan zikir dan tafakkur kepada Allah. Di kemudian hari, tarekat Syekh Ahmad al-Badawi dikenal dengan tarekat Ahmadiyyah.(*)