Tentang hal ini telinga berdenging memiliki kemiripan dengan tanda melalui mimpi Rasulullah pernah bersabda bahwa siapapun yang bermimpi bertemu dengan beliau sebenarnya telah melihat kebenaran.
Namun kadang kejelasan dalam mimpi dapat dipengaruhi oleh pemahaman tentang hakikat nabi dan kecintaan kita terhadapnya.
Jika belum memahami dengan baik hakikat nabi maka penglihatan dalam mimpi tentang Nabi dapat menjadi kabur.
Namun Rasulullah menegaskan bahwa di akhir zaman hampir semua mimpi orang yang beriman adalah benar mimpi ini merupakan warisan dari para nabi dan termasuk dalam ilmu inti yang dihormati oleh para ulama.
Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi memiliki bab yang berhubungan dengan penafsiran mimpi.
Dalam Kitab Shahih mereka dalam konteks ini pandangan makrifat menekankan pentingnya pengalaman pribadi dan interpretasi individu.
Setiap orang mungkin memiliki pengalaman dan pemahaman yang berbeda tentang fenomena seperti telinga berdenging atau mimpi bertemu nabi yang terpenting adalah setiap individu berusaha untuk mencari kebenaran dan pemahaman spiritual melalui pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri.
Namun yang perlu dicatat bahwa tidak semua orang setuju dengan interpretasi ini. Beberapa orang berpendapat bahwa hadis yang menjadi dasar dalil telinga berdenging tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Al Buchori menyatakan bahwa perawi hadits tersebut adalah munkar wahadits atau perawi yang tidak bisa diterima hadisnya Selain itu dalam hadits tersebut tidak ada keterangan bahwa telinga berdenging adalah tanda panggilan Rasulullah
Hadits tersebut hanya berisi anjuran untuk membaca shalawat ketika telinga berdenging. Apabila telinga kalian berdenging hendaklah dia mengingatku dan membaca sholawat untukku dan hendaknya dia mengucapkan Semoga Allah mengingat orang yang mengingatkan dengan mendoakan kebaikan.
Beberapa ulama berargumen mengapa mereka menganggap hadits ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena hadits ini diriwayatkan oleh beberapa perawi termasuk Al Azizi dalam asiroj Al Munir al-haruithi dalam Makarim al-ahlat dan Alkali dalam almarhuad melalui jalur Muhammad bin Ubaidillah dari makmar dari bapaknya namun Imam Bukhari menyebutkan bahwa Mark dan bapaknya keduanya tidak dapat dipercaya dalam riwayatkan hadits
Demikian pula dari buku ini menyebutkan bahwa Muhammad bin Ubaidillah dianggap sebagai perawi yang tidak dapat diandalkan atau matruk lebih lanjut aku Kelly juga mengomentari bahwa hadits ini tidak memiliki asal atau tidak ada di kitab hadits dan Muhammad bin Ubaidillah dianggap sebagai perawi yang tidak dapat dipercaya.
Menurut mereka hadis ini tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak perlu diperhatikan apalagi dijadikan acuan. *