"Saat ini pedagang ikan hias hampir 220 orang. Pedagang subuh ada 150 orang. Sedangkan sore hari sekitar 70 orang," kata Andi.
Menanggapi fenomena tersebut, Dr. Salvienti Makarim, Peneliti Oseanografi Fisik dan Perubahan Iklim dari Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, mengatakan, bahwa pertumbuhan ikan baik di dalam ruangan maupun di alam liar sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Terutama lingkungan luar seperti salinitas dan suhu air. Oleh karena itu, jika salinitas dan suhu air tidak merespon kondisi cuaca yang tidak stabil, jenis ikan tertentu seperti ikan hias atau ikan pelagis pasti akan mengalami perubahan.
Perubahannya adalah mereka dapat berpindah ke tempat lain yang sesuai dengan habitatnya. Atau kemungkinan terburuk ikan mati.
BACA JUGA:Warga Disini Mampu Raup Untung Puluhan Juta Rupiah dari Pepaya California, Kok Bisa?
"Jadi tubuh mereka memiliki reaksi yang membuat mereka kuat atau tidak kuat," jelas dokter lulusan Universitas Xiamen di China itu.
Baru-baru ini, merujuk pada Indian Ocean Dipole (IOD), dia mengatakan cuaca memang sedang berubah. Dampaknya, selain pelaku industri ikan hias, kondisi ini juga berdampak pada nelayan dan pembudidaya.
IOD merupakan salah satu faktor iklim, yaitu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut dalam waktu yang tidak beraturan.
Kenaikan dan penurunan suhu muka laut dalam indeks ini menyerupai osilasi yang menyebabkan Samudera Hindia bagian barat menjadi lebih hangat pada fase positif dan lebih dingin pada fase negatif dibandingkan dengan Samudera Hindia bagian timur.
Hal ini menurutnya berbeda dengan model iklim abad 21 yang memiliki musim seperti musim hujan dan musim kemarau. Menurutnya, perubahan cuaca ini merupakan dampak dari perubahan iklim.(*)