Pedagang ikan Koi Asep Sukandar (35) mengaku belakangan ini cuaca kurang baik. Akibatnya, selain mempengaruhi kesehatan ikan, jumlah pengunjung juga berkurang.
Padahal, tahun lalu, meski di masa pandemi, pasar grosir selalu ramai pengunjung.
Jadi itu juga mempengaruhi pendapatan. Faktanya, dalam sehari bisa mendapatkan uang Rp1 juta sehari.
Namun, karena cuaca buruk saat ini, dagangan sering buka tutup jadi pendapatan menurun.
BACA JUGA:4 Cara Agar Aman Charger Mobil Saat Berpergian Jauh, Cek Disini Sekarang
Asep menilai, jika cuaca mendukung perawatan ikan Koi dengan nama latin latin Cyprinus Rubrofuscus sebenarnya akan mudah.
Namun, karena cuaca akhir-akhir ini tidak cerah, ini menjadi tantangan tersendiri.
“Ikan rentan terhadap penyakit, jenis penyakitnya juga berbeda-beda. Yang sering menyerang ikan koi adalah penyakit white spot,” jelas Asep.
Penyakit tersebut lebih dikenal sebagai protozoa, penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus bakteri Ichthyopthirius multifilis.
Saat ikan koi diserang, muncul bintik-bintik putih di tubuhnya. Sepintas mirip dengan jamur, namun kedua penyakit ini berbeda.
BACA JUGA:Biduan Dangdut Asal Kota Lubuklinggau Tak Berkutik Ditangkap Polisi, Ini Kasusnya
Pola penyakit jamur invasif dapat menyebar ke seluruh tubuh ikan.
Protozoa hanya menghasilkan bintik putih, tetapi sangat berbahaya.
Sementara itu Andi Avianto, Vice President Fine Fish Trade Jatinegara menjelaskan, saat ini kendala terbesar bagi pedagang ikan hias di pasar di Jl. Jend. Urip Sumoharjo 1 no. 2, RW.6, Guru Bali adalah cuaca ekstrim.
Cuaca ekstrem ini mengubah pH air di setiap bisnis ikan hias. Karena itu, perlu perawatan maksimal.
Pelaku usaha ikan hias bisa memberikan garam dan memantau air akuarium. Meskipun demikian, beberapa pedagang masih gagal. Begitu banyak ikan peliharaan mati.