“Itulah tinggal kita menyikapi, dan banyak-banyak sabar,” cetusnya.
Eda hanya ingin mengedukasi bahwa stigma orang dayak itu seram tidaklah benar.
“Orang dayak itu tak ada yang mau santet orang atau menyerang orang. Tidak ada Itu,” tegasnya lagi.
Disamping itu, soal ilmu pengobatan Eda juga mengungkap bahwa tidak semua orang dayak memiliki kemampuan itu. Hanya orang-orang tertentu saja.
Eda mengaku sebagi dayak marga Makyan, separonya dari dataran Tibet dahulu kala.
“Ibu Ida dayak tak ada jualan minyak (online) tapi semua orang di Indonesia ini cari minyak (Ibu ida). Orang di Indonseia ini banyak yang mau beli. Dan itu dimanfaatkan orang yang cari keuntungan,” jelasnya.
“Mereka mau pakai label Dayak. Padahal orang dayak ndak ada pakai mahar, orang minta duit sekian juta-juta, ilmu kami akan musnah kalau minta uang,” ungkapnya.
Mengenai Tatto, Eda juga mengatakan untuk suku Makyan seperti dirinya polos tak ada tatto sedikit pun.
“Mungkin dia ada turunan raja, pakai tatto. Tapi bagi mereka yang bukan ada keturunan itu, mungkin baginya sangat bermakna. Bagi saya itu hanya hiasan saja,” jelasnya. (*)