Padahal, lanjutnya, dengan nyata angkutan batubara membawa debu batubara.
“Belum lagi bongkahan batubara yang berjatuhan, kalau panas debu batubara bertebaran, kalau hujan jalan menghitam. Debu tersebut dihisap warga selama bertahun-tahun,” sesalnya.
Dirinya menegaskan, masyarakat Lebuay Bandung tetap melakukan aksi sampai pihak perusahaan memenuhi tututan masyarakat Lebuay Bandung.
“Kita hanya minta jalan disiram setiap hari dan debu jalan pinggir jalan disapu. Yang terdampak itu masyarakat Lebuay Bandung bukan perusahaan. Untuk itu kita lihat siapa yang akan bertahan, masyarakat Lebuay Bandung atau perusahaan,” ancamnya.
BACA JUGA:H-1 Jelang Ramadan 1444 Hijriyah, Warga Ogan Ilir Ramai Kunjungi Pemakaman
Sementara itu, Yadi (39) salah satu pemilik toko manisan mengatakan dampak dari angkutan batubara yang hilir mudik setiap hari berdampak pada dagangan miliknya.
Kalau tim Dinas Lingkungan Hidup turun, dampak dari angkutan batubara udara sudah tidak sehat lagi untuk pernafasan khususnya untuk anak-anak dan lansia.
“Dalam sehari bisa menyapu 10 kali, cak dak katek gawi lain lagi. Jika tidak dibersihkan pastinya kita sendiri yang susah. Belum lagi membersihkan dagangan yang dijual karena kotor akibat debu hitam barubara,” jelasnya.
Kapolsek Merapi, AKP Herman Akhiri, terhadap aksi damai yang dilakukan warga Lebuay Bandung tersebut. Pihaknya hanya pengawalan agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi seperti bentrok dengan pengemudi dan arus lalulintas macet.
BACA JUGA:Bupati Banyuasin Bisa Melantik Sampai Akhir Masa Jabatan
Herman menjelaskan, terkait permasalahan antara masyatakat Lebuay Bandung dengan pihak perusahaan telah dilakukan mediasi. Namun tidak aa titik temu.
Hingga hampir tengah malam, kata dia, dirinya belum melihat perwakilan perusahaan untuk menemui masyarakat yang melakukan aksi damai.(*)