PALEMBANG, SUMEKS.CO - Di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, terdapat salah satu klenteng tempat ibadah etnis Tionghoa yang memiliki akulturasi perpaduan budaya lokal dan Etnis Tionghoa.
Namanya Klenteng Chandra Nadi, atau yang lebih dikenal masyarakat Kota Palembang dengan nama Klenteng Dewi Kwan Im yang terletak di persis pinggiran Sungai Musi, tepatnya di kawasan 10 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang.
Klenteng Dewi Kwan Im atau nama lain Soei Goeat Kiong ini juga ternyata Klenteng tertua di Kota Palembang, yang dibangun pada masa Kesultanan Palembang Darussalam hingga masa Kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1733.
Oleh sebab itu, biasanya menjelang perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada Minggu 22 Januari 2023, Klenteng Dewi Kwan Im lebih ramai didatangi warga yang ingin beribadah dibandingkan Klenteng lainnya yang ada di Kota Palembang.
BACA JUGA:Kelenteng Palembang Bersolek, Ibadah Dilakukan Malam Sebelum Imlek
Bahkan, masyarakat yang beribadah di Klenteng Dewi Kwan Im tidak hanya berasal dari Kota Palembang saja, melainkan dari beberapa kota besar hingga luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong dan masih banyak lagi.
Dari informasi yang dihimpun, Klenteng Dewi Kwan Im yang terletak di Kampung 10 Ulu ini, merupakan pengganti dari klenteng yang terbakar di kawasan Kampung 7 Ulu.
Menurut sejarahnya juga, konon pembangunan Klenteng Dewi Kwan Im juga karena adanya makam seorang Panglima Palembang keturunan Tionghoa memeluk agama Islam.
Panglima tersebut bernama Ju Sin Kong atau disebut dengan Panglima Apek Tulong.
BACA JUGA:Sambut Imlek 2023, Kelenteng Dewi Kwan Im Pasang 500 Lampion
Sebelum dibangunkan Klenteng, setiap orang berziarah ke makam Panglima Apek Tulong dipercaya akan mendapatkan keberkahan atau terbebas dari penyakit.
Tidak hanya itu, ada beberapa fakta yang tidak kalah menarik lainnya dari Klenteng Dewi Kwan Im, yakni melarang menyajikan darah babi ataupun darah anjing saat merayakan malam pergantian tahun baru Imlek.
Hal tersebut dipengaruhi karena adanya kisah warga Tionghoa, yang menikah dengan umat muslim berkaitan dengan sejarah Pulau Kemaro dan Kampung Kapitan.
Yang mana cerita tersebut, selaras dengan cerita legenda seorang putri Palembang bernama Siti Fatimah yang merupakan seorang muslim, yang dipersunting menjadi istri seorang Pangeran Cina bernama Tan Bon An.
BACA JUGA:Ibadah Imlek di Kelenteng Liong Shai Tien Tetap Terapkan Prokes