Sisanya mengetahui kasus tersebut dan kebanyakan mendiskusikannya di tempat kerja. De Groene juga mewawancarai korban lain yang tak mau kisahnya dipublikasikan.
BACA JUGA:Timnas dengan Mudah Kalahkan Timor Leste
Baik Paulo maupun Roberto mengenal korban tersebut. Paulo mengaku mengetahui korban tersebut dari sepupu maupun teman-temannya. Ada korban pelecehan yang terpaksa melayani Uskup Belo karena terjerat kemiskinan.
"Mereka pergi ke tempatnya (Uskup Belo, red) hanya demi memperoleh uang," kata Paulo. Kini baik Paulo maupun Roberto telah meninggalkan Timor Leste dan menetap di luar negeri. Mereka bersedia diwawancarai media untuk mengajak korban lainnya berbicara terbuka demi mengakhiri perbuatan keji itu. "Apa yang saya inginkan adalah permintaan maaf dari Uskup Belo dan gereja. Saya ingin mereka mengakui penderitaan yang menimpa saya dan orang lain, sehingga kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan ini tidak terjadi lagi," kata Paulo. De Groene telah berupaya menghubungi Uskup Belo untuk mengonfirmasi pengakuan Roberto maupun Paulo.
De Groene telah berupaya menghubungi Uskup Belo untuk mengonfirmasi pengakuan Roberto maupun Paulo.
Namun, padri yang ditahbiskan pada pertengahan 1980 itu langsung meletakkan teleponnya. (De Groene/jpnn.com)