LUBUKLINGGAU, SUMEKS.CO - Ditemui saat sedang melakukan kunjungan di Rumah Sakit Siti Aisyah, Romin (59) kala itu diantar oleh anak keduanya untuk menjalani hemodialisis atau cuci darah. Pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) ini mengaku telah menjalani proses cuci darah selama lebih dari lima tahun. Prosedur cuci darah yang dijalani Romin ini merupakan kegiatan rutin yang harus ia lakukan karena ginjalnya telah kehilangan kemampuan untuk menyaring cairan dan sisa-sisa makanan.
Romin menceritakan bahwa pelayanan cuci darah yang dijalaninya ini disiplin ia lakukan setiap dua minggu sekali dengan durasi selama empat jam. Ia disarankan oleh dokter untuk menjalani cuci darah setelah dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan didapati bahwa kadar ureum dalam darahnya tinggi mencapai 381.
“Selama menjalani pelayanan cuci darah ini saya benar-benar tertolong dengan kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tidak sepeserpun uang yang saya keluarkan untuk berobat. Alur berobatnya pun sekarang semakin dipermudah. Saya tidak perlu kembali ke Puskesmas Simpang Periuk tempat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) saya terdaftar untuk mengambil surat rujukan,” ucap Romin dengan penuh rasa syukur, Jumat (17/06).
Ketika ditanya berapa biaya yang dihabiskan, Romin mengaku bisa menghabiskan biaya yang sangat banyak bahkan bisa terjual tanah dan aset berharga miliknya yang lain.
“Jika dihitung, satu kali cuci darah dikenakan biaya sekitar 908.000 rupiah belum ditambah dengan biaya obat-obatannya, sekali cuci darah sekitar satu juta rupiah, lalu dikalikan delapan, jadi satu bulan jika mengeluarkan uang pribadi bisa menghabiskan delapan juta rupiah. Sedangkan cuci darah yang saya jalani telah lebih dari lima tahun, jika dikalkulasikan bisa mencapai 500 juta rupiah,” ungkap Romin.
Pria yang berdomisili di Kelurahan Watervang ini berkali-kali mengucapkan rasa syukur dan terima kasih karena Program JKN yang telah hadir untuk masyarakat kecil seperti dirinya. Ia pun selalu mengikuti saran dokter untuk tidak melakukan pekerjaan berat, menghindari pantangan makanan seperti buah dan sayuran yang dapat memberikan dampak negatif pada pasien gagal ginjal kronik seperti dirinya.
“Sebagai peserta JKN saya sangat merasa puas, selama saya berobat tidak ada kendala maupun keluhan baik dari segi pelayanan, administrasi, maupun obat-obatan. Semoga Program JKN ini akan terus berlanjut kedepannya karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat yang membutuhkan seperti saya,” tutup Romin. (*)