Dipukul Mundur, Rusia Kerahkan Pasukan Wajib Militer

Kamis 22-09-2022,11:18 WIB
Editor : Dendi Romi

KREMLIN, SUMEKS.CO - Perang antara Rusia vs Ukraina sudah berlangsung sekitar 7 bulan. Tanda-tanda perang akan berakhir belum terlihat dari dua negara. Di luar dugaan, Ukraina ternyata mampu memberikan perlawanan sangat sengit. Namun Rusia masih keras kepala untuk meneruskan serangan ke negeri tetangga mereka tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin 21 September 2022 menyatakan bahwa dirinya telah menandatangani dekrit mobilisasi parsial. Sekitar 300 ribu tentara cadangan Negeri Beruang Merah itu akan dikerahkan untuk membela negara.

Vladimir Putin menegaskan bahwa pihaknya akan mengerahkan warga negaranya untuk menjadi wajib militer dalam perang melawan Ukraina.

"Wajib militer hanya berlaku bagi warga negara yang saat ini berada di pasukan cadangan, terutama yang pernah bertugas di angkatan bersenjata, memiliki profesi militer tertentu, dan pengalaman yang relevan," kata Putin seperti dikutip BBC.

BACA JUGA:Invasi ke Ukraina, ini Sanksi Dunia Olahraga untuk Rusia

Presiden Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu menekankan bahwa wajib militer tidak akan dikirim untuk berperang di Ukraina. Pasukan tambahan diperlukan untuk mempertahankan garis depan yang membentang sekitar 1.000 kilometer. Serangan balik pasukan Ukraina di beberapa lokasi memang berhasil memukul mundur pasukan Rusia hingga ke area perbatasan yang memisahkan kedua negara.

Putin menegaskan bahwa mobilisasi itu bukan sekadar gertakan. Seandainya mau, ada 25 juta pasukan cadangan yang bisa dikerahkan. Tapi, untuk sementara hanya 300 ribu orang itu yang berangkat. Putin menuding negara-negara Barat telah mencoba menghancurkan negaranya dengan cara mendukung Ukraina.

Kremlin akan mengerahkan seluruh kemampuan militernya untuk mendukung penduduk Ukraina yang ingin menentukan nasibnya. Pemimpin 69 tahun itu memaparkan bahwa jika ada yang mengancam negaranya dengan senjata nuklir, senjata tersebut juga bisa berbalik ke mereka. Rusia memang termasuk dalam daftar pemilik senjata nuklir.

"Negara kami juga memiliki berbagai senjata pemusnah massal dan dalam beberapa kategori lebih modern daripada yang dimiliki oleh negara-negara NATO. Ini bukan gertakan," tegas Putin seperti dikutip The Guardian.

Pernyataan Putin tersebut dikeluarkan menyusul kekalahan berturut-turut pasukan Rusia dalam operasi militer di Ukraina. Menhan Rusia Sergei Shoigu mengungkapkan bahwa 5.937 tentara Kremlin tewas di Ukraina.

BACA JUGA:Tentaranya Tiba-tiba Banyak Sakit, Rusia Tuding Ukraina Tebar Racun

Sehari sebelum pidato Putin, pasukan separatis Ukraina pro-Rusia menyatakan akan menggelar referendum. Mereka ingin bergabung dengan Moskow. Referendum tersebut bakal digelar pada 23–27 September ini.

Ada empat wilayah yang bakal menggelar referendum. Yaitu, Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Wilayah-wilayah tersebut tidak dikuasai oleh separatis Ukraina 100 persen. Itu disebabkan sebagian wilayah sudah berhasil direbut kembali dan dibebaskan.

Seandainya benar terjadi, itu akan menjadi momen kali kedua Rusia mencaplok wilayah Ukraina. Pada 2014, Rusia menggelar referendum di Krimea dan mengambil wilayah strategis tersebut secara sepihak.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan tidak yakin bahwa Rusia akan benar-benar menggunakan senjata nuklir. Sedangkan Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa apa yang dilakukan Putin adalah tindakan putus asa dan aksi kriminal perang. Dia yakin Rusia tidak akan menang.

Kategori :