SUMEKS.CO, PALEMBANG - Mamat S, di saat usia mudanya telah berjuang untuk NKRI. Dia ditugaskan pada saat Gerakan 30 September/PKI.
Veteran kelahiran Tangerang, 4 Maret 1939 itu merupakan lulusan TNI Angkatan Darat 1958, setelah itu pada tahun 1959 ia ditugaskan di Sumsel dan pada 1964 ditugaskan di Bengkulu.
Pada saat tahun 1965 yaitu pada saat terjadinya G30S/PKI, Mamat merupakan salah satu pejuang Indonesia.
Mamat S menceritakan saat ia turut menjaga keamanan saat pemberontakan G30S/PKI, dan turut mencari keberadaan jenderal yang dibunuh.
"Saya turut mencari keberadaan jenderal dan perwira tinggi yang dibunuh oleh PKI, hingga menemukannya di Lubang Buaya," kata Mamat di rumah dinas wali kota Palembang saat menghadiri ramah tamah kemerdekaan RI Indonesia ke-77, Rabu (17/8) malam.
Mamat juga mengaku ikut serta berperang melawan PKI dan turut bertugas dalam operasi pembantaian untuk menumpas sisa-sisa gerombolan PKI, yang berlangsung pada 1965-1966.
"Ya pada saat itu saya berperang untuk melawan PKI, dan bertugas dalam pemberantasan PKI," jelasnya.
Lanjut Mamat, ingat sekali betapa kejamnya PKI untuk mengincar para petinggi perwira TNI AD Indonesia.
"Saya dengan menggunakan bambu runcing dan senjata, rela berjuang siang malam untuk Indonesia bebas dari PKI," katanya.
Setelah peristiwa tersebut ia bertugas kembali ke Timor-Timur pada 1978 lalu ditugaskan kembali ke Bengkulu, Sampai terakhir ditugaskan di PT BA Tanjung Enim pada tahun 1990-1997.
Selain itu, sembari mengingat masa perjuangan dahulu, Mamat pun mengaku bahwa sebelum menjadi TNI, ia juga ikut serta dan menyaksikan langsung perperangan pada waktu itu, yakni sebelum dan sesudah Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1944-1945.
"Pada saat saat kecil tahun 1944 usia saya masih sangat kecil lima tahun, tapi sudah melihat perperangan pada waktu itu, saya lihat banyak pejuang dipukuli oleh tentara Belanda yang tidak mau bekerja, bahkan dibunuh dengan cara sadis oleh tentara Jepang," ucap Veteran yang memiliki tiga anak dan dua orang cucu itu, dengan raut muka sedih.
Tak hanya itu, bahkan Mamat bercerita bahwa tahun 1945 tepatnya bambu runcing pertama kali digunakan dalam perperangan, tepatnya ia beranjak usia 6 tahun, sang veteran tua itu mengaku ikut serta dalam perperangan.
"Saya memang tidak berperang secara langsung, itu TNI dan rakyat remaja dan dewasa yang ikut perang menggunakan bambu runcing, namun saya dan anak kecil lainnya berperan sebagai membuat bambu runcing," ungkap Mamat dengan raut muka tegang.
Masih Mamat, selain berperan sebagai membantu membuat bambu runcing untuk berperang, anak kecil pada masa itu termasuk dirinya berupaya mencuri senjata Belanda.