SUMEKS.CO, URUMQI - Muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang mendapat kehormatan karena dikunjungi Presiden China Xi Jinping. Dia mendesak pejabat di Xinjiang untuk mendengarkan warganya dan memenangkan hati mereka, serta mewujudkan persatuan di daerah yang penduduknya mayoritas adalah muslim Uighur itu.
Kunjungan Xi Jinping ke Xinjiang dilakukan sejak Selasa (12/7) hingga Jumat (15/7). Xi mengunjungi sejumlah lokasi di Xinjiang termasuk perkebunan kapas, zona perdagangan, dan museum, menurut laporan stasiun televisi negara CCTV. CCTV juga mengutip Xi yang mengatakan bahwa praktik Islam harus sesuai dengan kepekaan China dan bahwa Xinjiang harus mempersiapkan tim perwakilan agama yang "dapat diandalkan secara politik".
Sebuah foto yang dirilis kantor berita resmi Xinhua menunjukkan Xi yang tidak memakai masker dikelilingi oleh penduduk yang tersenyum dan bertepuk tangan. Banyak dari mereka tampak seperti warga Uighur yang mengenakan pakaian etnis dan kopiah. Xinjiang sempat dilanda gelombang kekerasan sporadis antipemerintah dan antietnis Han, sampai akhirnya Xi merespons dengan tindakan tegas.
Pada 2018, PBB melaporkan setidaknya satu juta muslim Uighur telah dijebloskan ke kamp reedukasi dan indoktrinasi politik yang tersebar di Xinjiang. China awalnya membantah keberadaan kamp, kemudian mengatakan telah mendirikan "pusat pelatihan kejuruan" dengan asrama di mana orang dapat "secara sukarela" mendaftarkan diri untuk belajar tentang hukum, bahasa China, dan keterampilan kejuruan.
Dikatakan bahwa pada tahun 2019 semua peserta pelatihan telah "lulus".
Xinjiang belum melaporkan adanya serangan kekerasan sejak pendirian pusat-pusat tersebut. “Inti dari perjalanan Xi ke Xinjiang adalah untuk melihat hasil dari kebijakan yang telah dia lakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk menstabilkan Xinjiang dan untuk menyimpulkan bahwa pendekatan dan strateginya untuk Xinjiang telah berhasil,” kata Li Mingjiang, profesor di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura. Kunjungan terakhir Xi yang dilaporkan ke Xinjiang adalah pada 2014, ketika ia menyerukan "perjuangan habis-habisan melawan terorisme, infiltrasi, dan separatisme", menurut surat kabar yang bocor yang dilaporkan oleh New York Times.
Otoritas setempat kemudian meningkatkan upaya untuk melacak, mengontrol, dan mendidik kembali warga Uighur. Xinjiang, yang terletak di perbatasan barat laut China, menjadi sorotan internasional dengan Amerika Serikat menuduh Beijing melakukan genosida terhadap etnis minoritas Uighur yang sebagian besar Muslim. Perbatasan barat laut yang dulu bergolak di mana Amerika Serikat menuduh China melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Uyghur yang sebagian besar Muslim. (ant/dil/dom/jpnn)