SUMEKS.CO- Resepsi pernikahan Via Vallen dengan Chevra Yolandi, di gelar Jum`at (15/7/2022) . Dan menariknya, resepsinya dihadiri Dai Tekenal yang sering blusukan ke daerah-daerah KH Anwar Zahid.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilunnajah, Bojonegoro ini juga didaulat menyampaikan khutbah nikah untuk kedua mempelai. Dalam kesempatan tersebut, Kiai Anwar menjelaskan makna pernikahan. Menurut dia, tujuan pernikahan adalah litaskunu ilaiha yakni membentuk keluarga yang sakinah.
"Sakinah itu adalah stabil dan dinamis. Sakinah adalah harmonis dan romantis," ujar pendakwah asal Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur, ini. “Ada keluarga yang stabil tapi tidak dinamis. Harmonis, tenang, damai, rukun tapi miskin terus. Ada keluarga yang dinamis tapi tidak stabil, ekonominya meningkat, hartanya berlimpah, reputasinya tinggi tapi keluarga berantakan,” ungkapnya.
BACA JUGA:Jelang Pernikahan, Via Vallen Gugup
Menurut Kiai Anwar, untuk mencapai keluarga sakinah yang stabil dan dinamis, dalam berkeluarga harus dibangun atas prinsip organisasi. Prinsip organisasi, kata dia, dibentuk dengan tujuan mencapai keinginan bersama dengan cara bekerja sama, bukan sama-sama kerja. Menurutnya, banyak pasangan suami istri yang hendak mencapai tujuan bersama namun keduanya tidak mampu menjalankan kerja sama. “Padahal keluarga sakinah hanya bisa terwujud dengan bekerja sama, bukan sama-sama kerja,” tegas alumni Pesantren Langitan ini.
BACA JUGA:Sambil Menangis, Via Vallen Ungkap Alasan Menerima Lamaran Chevra Yolandi
Kiai Anwar juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang mencolok pada istilah kerja sama dan sama-sama kerja. Ia mengibaratkan istilah itu dengan hubungan suami istri yang bisa terjadi dengan cara tidur bersama, bukan sama-sama tidur. “Kalau tidur bersama berarti berpelukan, kalau sama-sama tidur berarti singkur-singkuran, bahkan bisa tidur sendiri-sendiri, suami tidur di ruang tamu nungguin burungnya, istri tidur di dapur ngelonin kucingnya,” paparnya.
KH ANwar Zahid--
Ia menambahkan, pasangan suami istri harus punya tujuan, visi dan misi yang sama serta mampu membangun kebersamaan, karena sudah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan diciptakan dengan karakter yang berbeda. “Laki-laki dan perempuan secara biologis berbeda, laki-laki kalau kata orang Jawa itu tabiatnya kebelet, kalau perempuan itu haus. Jadi antara kebelet dengan dahaga itu lebih kuat menahan dahaganya,” ujarnya.
Secara psikologis, lanjut dia, karakter laki-laki cenderung rasional yang selalu menggunakan pola pikir sedangkan perempuan lebih emosional yang mengedepankan pola rasa. “Jika suami istri terjadi cek-cok, biasanya suami itu suka ngomong: mama itu gak mikir! Apa jawab istri? Papa memang gak ngerasain jadi perempuan,” tambahnya.
Lebih lanjut Kiai Anwar menjelaskan bahwa modal utama dalam membangun keluarga sakinah adalah mawadah wa rahmah, yaitu cinta dan kasih sayang. Selain itu, suami istri juga harus bisa sama-sama tahu, mau, dan mampu.
“Urusan mau dan mampu antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Laki-laki itu selalu mau tapi tidak selalu mampu, sedangkan perempuan selalu mampu tapi tidak selalu mau,” ungkapnya.
Untuk itu, suami harus memahami agar istri selalu mau, sebaliknya istri juga harus memahami agar suami selalu mampu. “Mudah-mudahan kedua mempelai kehidupannya sakinah artinya tentram sejahtera, mawadah penuh cinta, rahmah penuh kasih sayang dan barokah selalu bertambah kebaikannya,” pungkasnya. (nu.or.id/ckm)