Film Sang Kiai Cocok Banget Ditonton Bulan Puasa, Mengisahkan Tokoh Pejuang Kemerdekaan dan Pendiri Nahdlatul

Film Sang Kiai Cocok Banget Ditonton Bulan Puasa, Mengisahkan Tokoh Pejuang Kemerdekaan dan Pendiri Nahdlatul

Film Sang Kiai Mengisahkan Tokoh Pejuang Kemerdekaan dan Pendiri Nahdlatul Ulama--

SUMEKS.CO - Sang Kiai adalah film yang mengisahkan tentang seorang pejuang kemerdekaan dan pendiri Nahdlatul Ulama, Kyai Haji Hasyim Asy'ari.

Dirilis pada tahun 2013, film Sang Kiai ini merupakan aksi drama biografi yang disutradarai oleh Rako Prijanto.

Film Sang Kiai menceritakan perjuangan seorang pejuang kemerdekaan dan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur, yaitu Hadratussyaikh Kyai Haji Hasyim Asy'ari.

Selain itu, film Sang Kiai tersebut dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, dan Adipati Dolken.

BACA JUGA:Film Atlas Gaet Aktris Jennifer Lopez, Contoh Konflik Manusia vs AI di Masa Depan

BACA JUGA:Nonton Film Dewasa Saat Berpuasa, Batal atau Tidak? Begini Penjelasannya

Meskipun terpilih sebagai perwakilan Indonesia untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86, film Sang Kiai tidak berhasil masuk dalam nominasi.

Sinopsis

Sinopsis Sang Kiai berlangsung pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, menggambarkan perjuangan para pejuang Indonesia melawan penjajah tersebut.


Cuplikan film Sang Kiai--

KH Hasyim Asy'ari, yang memimpin Masyumi, juga dimanfaatkan oleh penjajah Jepang untuk memaksa rakyat bercocok tanam.

Bagaimana kisah perjuangan KH Hasyim Asy'ari dan pejuang Indonesia lainnya melawan penjajahan Jepang berlanjut? Saksikan kelanjutannya dalam film Sang Kiai, tersedia di Netflix.

BACA JUGA:5 Film Religi ini Cocok Ditonton Saat Menunggu Buka Puasa Ramadan

BACA JUGA:Film Horor Korea Terbaru, The Wailing VS Exhuma, Mana yang Paling Bikin 'Jantung Copot'?

Alur Cerita

Film Sang Kiai berdurasi 2 jam 16 menit 27 detik itu mengisahkan tentang kedatangan Jepang di Indonesia yang merusak keadaan masyarakat pribumi dan memperburuk kemiskinan di Nusantara.

Jepang menggunakan berbagai cara, termasuk eksploitasi agama, untuk mendapatkan simpati dari rakyat.

Film ini mengisahkan tentang seorang pemimpin agama yang dihormati dan memiliki banyak pengikut, yaitu KH Hasyim Asy'ari. Beliau terkenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang dan organisasi Nahdlatul Ulama.

Saat Jepang pertama kali tiba, mereka disambut dengan antusiasme dan kegembiraan tinggi oleh rakyat karena dianggap sebagai pembebas dari penjajahan Belanda.

BACA JUGA:Reza Rahardian Blak-blakan soal Comeback di Film Horor Setelah 16 Tahun Absen

BACA JUGA:Review Film Dune Part Two: Pertarungan Spektakuler dan Dramatis Di Planet Arrakis

Namun, seiring berjalannya waktu, Jepang mulai menunjukkan ambisi dan keserakahannya untuk menguasai kekayaan alam Nusantara.

Pada suatu waktu, Kyai dituduh menghasut rakyat, menyebabkan kerusuhan di pabrik Cukir, dan akhirnya ditangkap oleh Jepang.

Ia dipaksa untuk menandatangani perjanjian yang menyatakan kesiapannya untuk melakukan Seikere, sebuah upacara di mana tentara Jepang menyembah Dewa Matahari.

Meskipun dituntut dengan keras, beliau menolak perintah tersebut. Saat Kyai mengalami perlakuan kasar dari Jepang, para santri Tebu Ireng datang ke markas Jepang meskipun hasilnya tidak memuaskan.

BACA JUGA:Review Film Dune Part Two: Pertarungan Spektakuler dan Dramatis Di Planet Arrakis

BACA JUGA:VIRAL! Joko Anwar Tolak Garap Film Hollywood, Alasannya Bikin Bangga

Tekanan dari para santri membuat Jepang akhirnya memutuskan untuk memindahkan KH Hasyim Asyari ke Mojokerto.

Wahid Hasyim bersama para tokoh agama memilih jalur diplomasi. Mereka mengadakan pertemuan untuk merencanakan strategi melawan Jepang dengan pura-pura mendukung Jepang, memanfaatkan fasilitas dari Jepang, dan membentuk panitia pembelaan ulama NU yang ditangkap oleh Jepang.

Dengan bantuan A. Hamid Ono, para petinggi Jepang akhirnya memutuskan untuk membebaskan semua Kyai yang ditawan.

Pada 7 Desember 1942 di Batavia, Jepang mengumpulkan semua Kyai di Jawa. Kemudian, pada Oktober 1943, Jepang membubarkan MIAI dan membentuk Masyumi yang dipimpin oleh KH Hasyim Asyari.

BACA JUGA:Film 'Exhuma' : Horor Korea yang Mencekam, Angkat Kisah Shamanisme

BACA JUGA:Dikira Ampas Padahal Ganas, Film Pemandi Jenazah Dijamin Seram dan Bikin Kebayang Sampai Rumah

Jepang meminta MASYUMI untuk menyusun khotbah propaganda yang mendorong peningkatan produksi hasil bumi, disampaikan saat sembahyang Jumat, dengan menekankan pada ayat-ayat Alquran dan Hadits untuk mendapatkan simpati dari rakyat.

Kebijakan Jepang untuk meningkatkan produksi hasil bumi menuai protes dari berbagai pihak, karena hasil bumi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat harus diserahkan kepada Jepang.

Beberapa pihak melakukan protes, termasuk KH Zaenal Mustafa, yang akhirnya dihukum mati secara publik oleh Jepang sebagai contoh agar rakyat merasa takut dan patuh terhadap mereka.

Tokoh Harun merasa bahwa KH Hasyim Asy'ari telah berubah, dan masyarakat menduga bahwa MASYUMI telah bersikap pro-Jepang karena tidak mengambil tindakan terhadap peristiwa tersebut.

BACA JUGA:Film 24 Jam Bersama Gaspar Segera Tayang di Netflix, Intip Sinopsisnya Disini

BACA JUGA:Film Animasi Kung Fu Panda 4 Perjalanan Emosional Sang Pahlawan, Sedang Tayang di Bioskop

Pada 14 Agustus 1945, Jepang mengakui kekalahan mereka dari Sekutu. Dengan melemahnya keberadaan Jepang, rakyat Indonesia semakin bersatu, dan para tokoh nasional terus merencanakan langkah-langkah ke depan.

Tiga hari kemudian, kemerdekaan Indonesia diumumkan, dan Bung Tomo bersama dengan rakyat Surabaya turut bersuara, senantiasa mengingat kebesaran Allah.

Film ini mengakhiri ceritanya dengan meninggalnya KH Hasyim Asy'ari, saat nasihatnya sangat dibutuhkan oleh tokoh nasional lainnya.

Kematian beliau menimbulkan duka dan kesedihan yang mendalam, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi seluruh santri dan masyarakat.

BACA JUGA:6 Rekomendasi Film Bioskop Sepanjang Maret 2024 Selain Horor, Dijamin Gak Kalah Menarik

BACA JUGA:6 Rekomendasi Film Bioskop Sepanjang Maret 2024 Selain Horor, Dijamin Gak Kalah Menarik

Film ini layak direkomendasikan kepada semua kalangan, karena dari film ini kita dapat memahami peran santri dalam perjuangan melawan penjajah.

Selain itu, perilaku dan teladan yang ditunjukkan oleh Kyai juga menginspirasi, bahkan dalam hal-hal kecil. Kemampuan para aktor dan aktris dalam memerankan peran tidak diragukan, meskipun dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan adat dan kebiasaan masa lalu.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa film ini memiliki kekurangan, terutama dalam pengaturan alur cerita di menit-menit akhir yang terasa terburu-buru, serta beberapa peristiwa penting yang tidak dimasukkan, menyebabkan sedikit kebingungan bagi penonton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: