Masjid Kiai Muara Ogan Kertapati Tertua Setelah Masjid Agung Palembang

Masjid Kiai Muara Ogan Kertapati Tertua Setelah Masjid Agung Palembang

Masjid Kiai Muara Ogan yang didirikan pada 1310 Hijriah atau 1871 Masehi. Foto: deny/sumeks.co--

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Masjid Jami' Kiai Haji Abdul bin Mahmud atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kiai Muara Ogan didirikan di tepi Sungai Musi Palembang.

Usia masjid ini sudah sangat tua setelah masjid Agung Masjid Agung Palembang yang kini disebut Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. Bahkan bangunan utama masjid yang terbentuk dari kayu yang panjang-panjang. 

Masjid ini didirikan pada 1310 Hijriah atau 1871 Masehi oleh ulama besar Palembang yang sangat terkenal di jamannya.

Penamaan masjid ini diambil dari nama julukan bagi ulama besar Palembang yang bernama lengkap Kiai Haji Masagus Abdul Hamid Bin Mahmud yang terkenal gigih memperjuangkan Islam di Palembang.

BACA JUGA:5 Masjid Tertua di Kota Palembang, Bukti Peradaban Islam di Bumi Sriwijaya

Pembina Masjid Kiai Muara Ogan Masagus Ahmad Fauzi mengatakan, masjid ini dikenal sebagai ulama yang memiliki harta yang sebagian besar untuk menyebarkan agama Islam.

Dulunya beliau sebagai pengusaha kayu. Bahkan saudara-saudaranya ada yang menetap di Mekkah. 

"Lama kelamaan penyebutan Muara Ogan berubah menjadi Marogan atau Merogan sehingga nama Masagus Haji Abdul Hamid sering dipanggil Kiai Masagus Haji atau Kiai Marogan dan masjidnya populer dengan sebutan Masjid Muara Ogan," kata Masagus Ahmad Fauzi kepada SUMEKS.CO, Sabtu 11 November 2022. 

Nama Kiai Marogan sekarang ini juga diabadikan sebagai nama sungai mulai dari  pinggiran Sungai Musi dan Sungai Ogan Palembang. 

BACA JUGA:Jemaah Masjid Agung Kota Palembang, Sumsel, Melaksanakan Salat Gerhana

"Ini masjid yang semula milik pribadi Kiai Muara Ogan ini diwakafkan bersama dengan Masjid Lawang Kidul 5 Ilir Palembang pada tanggal 6 Syawal 1310 H (23 April 1893 M)," ujar Masagus Ahmad Fauzi.

Untuk ukuran asli masjid ini, masih dikatakan Mas Agus Fauzi sebelum dilakukan renovasi dan perluasan adalah 18 meter kali 19 meter. 

"Bangunannya disangga empat saka guru tiang berbentuk persegi delapan berukuran 0,3 meter x 0,27 meter, Sedangkan tingginya mencapai 5 meter. Saka guru dikelilingi 12 tiang penunjang setinggi 4,2 meter dan besar 0,25 m x 0,25 meter, kayu penyangga ini terbuat dari kayu unglen," jelas Masagus Ahmad Fauzi. 

Rangka bangunan atap, langit-langit dan kuda-kuda serta mimbar khas masjid ini juga masih menampakkan keaslian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: