Sambo dan Rhythm 0: Mengukur Sisi Gelap Manusia

Sambo dan Rhythm 0:  Mengukur Sisi Gelap Manusia

Olah TKP Sambo ( Foto: Liputan6)--

 Catatan: Masayu Indriaty Susanto.

 Dugaan masalah kejiwaan yang dialami Irjen Ferdi Sambo menambah panjang episode kasus Duren Tiga yang sudah tiga bulan riuh di medsos dan jagad media.

Terlepas dari motifnya yang masih misteri, cara Ferdi Sambo menghabisi nyawa ajudannya, Brigadir Josua, sekaligus menyusun skenario untuk menutupinya dengan menyeret serta 80 orang lebih personel Polri, dinilai sangat “dingin” dan manipulatif.

 Komnas HAM bahkan sempat menyebut kemungkinan Sambo adalah psikopat. Psikolog forensik menengarai Sambo bisa jadi mengalami masalah kejiwaan, seperti karakter superpower bahkan machiavellinisme. Kondisi mental di mana seseorang memiliki karakter manipulatif dan eksploitatif. Seperti karakter dark triad.

 Padahal, tokoh psikoanalisis Sigmund Freud jauh hari sudah mengingatkan satu teori dasar tentang karakter manusia. Setiap manusia memiliki sisi gelap secara manusiawi. 

Karakter gelap itu bisa jadi tak bermoral. Pemicu utamanya adalah kekuasaan tanpa batas. Terutama jika yang dihadapi adalah obyek manusia yang pasif. Tak berdaya.

BACA JUGA:Truk Lebih Muatan, Dishub Sumsel Siapkan Sanksi Ekstrem

 Benarkah begitu? Tanyakanlah pada Marina Abramovic. Seniman cantik asal Serbia ini sudah membuktikannya dengan satu pertunjukan seni yang juga eksperimen psikologi paling mengerikan dan berbahaya: Rhythm 0 alias Zero Rhythm.

Perfomance art itu dilakukannya pada 1974 di Studio Morra, Napoli.  Dengan pertunjukan itu, Marina ingin membuktikan pada dunia, apa yang akan terjadi jika manusia diberikan kekuasaan tanpa batas dan tanpa sanksi.

 Dalam eksperimental itu, Marina berdiri mematung dalam studio tersebut selama 6 jam. Di depannya ada meja di mana terdapat 72 macam benda. Ada bunga mawar, pena, air, topi, scarf, cat, hingga senjata tajam seperti pisau dan pedang. Juga sebuah pistol dengan pelurunya. 

Seniman itu kemudian mempersilakan para pengunjung studio untuk melakukan apa saja kepadanya, sesuka mereka, dengan benda-benda itu.

 Mulanya para pengunjung bersikap manis padanya. Ada yang mengenakan topi, scarf. Ada yang menyuapinya kue. Ada yang menulis beberapa kata di tangannya dan memberikan bunga mawar. 

Namun lama kelamaan, saat pengunjung menyadari jika Marina benar-benar hanya diam seperti patung manekin dan tidak merespon apapun yang dilakukan padanya, situasi mulai tak terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: