Fenomena Gerhana Bulan bukan hanya peristiwa astronomi, melainkan juga momentum spiritual.
Dalam surat edaran resminya, PBNU mengimbau umat Islam di seluruh Indonesia untuk melaksanakan shalat gerhana (shalat khusuf), berdzikir, berdoa, serta mengadakan kegiatan sosial.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana lantaran karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kalian menyaksikannya, maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana selesai.” (HR Bukhari).
PBNU menegaskan bahwa shalat gerhana hanya disyariatkan ketika fenomena ini terlihat secara kasatmata.
Karena seluruh wilayah Indonesia berada dalam zona pengamatan penuh, maka umat Islam di seluruh daerah dapat menyelenggarakan shalat gerhana secara berjamaah.
Tata Cara Shalat Gerhana. Shalat Gerhana Bulan dilaksanakan dua rakaat, namun berbeda dengan shalat sunnah biasa karena setiap rakaat dilakukan dengan dua kali rukuk.
Setelah shalat, biasanya dilanjutkan dengan khutbah gerhana yang berisi nasihat, ajakan untuk bertaubat, berdzikir, serta memperbanyak amal kebajikan.
Beberapa masjid besar dan kantor PCNU/ PWNU di berbagai provinsi telah menyiapkan lokasi khusus untuk shalat gerhana dan pengamatan astronomi.
Masyarakat juga diimbau untuk membawa keluarga agar bisa menyaksikan fenomena ini sekaligus memperdalam pemahaman agama.
Secara ilmiah, gerhana terjadi karena posisi Bulan berada di titik oposisi dengan Matahari (istikbal) dan dekat dengan titik nodal orbitnya.
Dalam satu tahun Hijriyah, bisa terjadi 2 hingga 4 kali gerhana, baik total, sebagian, maupun penumbral. Namun, tidak semua gerhana bisa disaksikan dari Indonesia.
Kali ini, Indonesia beruntung karena dapat menyaksikan gerhana secara utuh dari awal hingga akhir. Hal ini membuat fenomena tanggal 7–8 September 2025 menjadi momen langka yang sayang untuk dilewatkan.
Secara spiritual, gerhana dipandang sebagai tanda kebesaran Allah, pengingat bagi manusia agar lebih dekat kepada-Nya, memperbanyak doa, dan menguatkan kesadaran sosial.
Fenomena Gerhana Bulan Total 15 Rabiul Awal 1447 H/7-8 September 2025 M merupakan kesempatan emas bagi masyarakat Indonesia, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun ibadah.