BACA JUGA:SKK Migas - Medco E&P Dorong Kemandirian Masyarakat Melalui Program PPM sepanjang Tahun 2024
Selain menjaga ekosistem, hutan mangrove ternyata juga memiliki nilai ekonomis yang tak kalah penting. Camat Banyuasin II, Ridwan, mengungkapkan bahwa warga Sungsang telah memanfaatkan hasil mangrove untuk berbagai produk olahan bernilai jual.
"Salah satunya buah mangrove yang diolah menjadi sabun cuci tangan. Produk ini punya nilai ekonomi tinggi dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat," jelas Ridwan.
Tak hanya itu, kawasan hutan mangrove juga menjadi habitat penting bagi berbagai biota laut, termasuk udang dan kepiting yang selama ini menjadi komoditas unggulan Sungsang.
Dengan demikian, menjaga kelestarian mangrove sama artinya dengan menjaga keberlanjutan mata pencaharian nelayan.
Ridwan pun menyambut baik kegiatan penanaman pohon mangrove yang digelar SKK Migas-KKKS bersama FJM.
Menurutnya, langkah ini bisa menjadi pilot project yang menginspirasi perusahaan lain untuk ikut berkontribusi melestarikan mangrove di pesisir Banyuasin.
“Pelestarian mangrove adalah investasi jangka panjang, baik untuk lingkungan maupun ekonomi masyarakat. Kami berharap program ini terus berlanjut dan semakin meluas," pungkasnya.
Melalui kegiatan ini, SKK Migas-KKKS tidak hanya memperlihatkan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat dan media dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir.
Dengan penanaman puluhan ribu bibit mangrove, Desa Sungsang diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana sinergi bisa melahirkan manfaat besar bagi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.