Tradisi Bidar memiliki makna mendalam. Pertama, Bidar mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan.
Tanpa kerja sama, perahu tak akan melaju kencang. Para pendayung harus menyatukan tenaga, napas, dan irama dayungan agar perahu tetap stabil dan cepat.
Festival Perahu Bidar Tradisional menjadi agenda tahunan memeriahkan HUT Kemerdekaan RI di Kota Palembang, Sumsel.--sumeks.co
Filosofi ini sejalan dengan semangat bangsa Indonesia yang meraih kemerdekaan dengan persatuan.
Kedua, Bidar juga menjadi bentuk pelestarian budaya lokal. Di tengah gempuran modernisasi, tradisi ini masih eksis dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Pemerintah kota maupun provinsi Sumatera Selatan secara rutin menggelar lomba Bidar, terutama saat peringatan HUT RI, untuk memastikan tradisi ini tetap hidup.
Ketiga, Bidar adalah simbol perjuangan dan sportivitas. Para pendayung berjuang sekuat tenaga hingga garis akhir, tak ubahnya semangat rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Menariknya, kini Bidar tak hanya dikenal di Palembang, tetapi juga mulai mendunia.
Beberapa kali, tim pendayung Bidar mendapat undangan tampil dalam festival budaya internasional.
Selain menunjukkan keindahan Sungai Musi, Bidar juga memperkenalkan kepada dunia bahwa Palembang punya kekayaan tradisi yang tak kalah dengan tradisi serupa di negara lain, seperti dragon boat di Tiongkok atau gondola race di Italia.
Bagi masyarakat Palembang, lomba Bidar bukan sekadar tontonan, melainkan juga kebanggaan.
Setiap kali perahu bidar meluncur deras di atas Sungai Musi, di sanalah terpantul semangat juang, nilai kebersamaan, dan cinta tanah air.
Dengan semangat itulah Bidar terus hidup, menjadi tradisi balap air khas Palembang yang kini semakin dikenal hingga mancanegara.